Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayah perkotaan seperti Semarang dan Surakarta berkembang pesat, sementara daerah pinggiran seperti Blora, Rembang, dan Kebumen masih tertinggal. Ketimpangan ini menimbulkan disparitas dalam kualitas hidup masyarakat, akses ekonomi, serta pemerataan pembangunan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran Indeks Pembangunan Regional (IPR) serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi disparitas pembangunan antar kabupaten/kota. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif spasial dan regresi Ordinary Least Squares (OLS). IPR disusun berdasarkan lima dimensi utama: ekonomi, sosial, fasilitas umum, lingkungan, dan teknologi. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah periode 2019–2023. Hasil IPR kemudian dipetakan secara spasial untuk menunjukkan pola pemerataan pembangunan, sedangkan faktor disparitas dianalisis melalui regresi terhadap variabel PDRB per kapita, tingkat kemiskinan, pengangguran terbuka, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPR tertinggi terdapat di Kota Surakarta (0,66), diikuti Kota Semarang dan Kota Salatiga (0,65), yang mencerminkan keunggulan pada indikator sosial dan teknologi. Sebaliknya, nilai IPR terendah ditemukan di wilayah selatan–timur, khususnya Kabupaten Blora, Banjarnegara, dan Purbalingga, yang memiliki capaian rendah pada indikator ekonomi, fasilitas umum, dan lingkungan. Ketimpangan pembangunan juga terkonfirmasi dengan nilai Indeks Williamson (IW) sebesar 0,61–0,65, yang menunjukkan tingkat disparitas relatif tinggi. Analisis regresi menunjukkan bahwa pengangguran terbuka merupakan faktor paling dominan dalam memperbesar disparitas (R² = 0,898 pada IW; R² = 0,885 pada IPR), diikuti oleh kemiskinan (R² = 0,664 pada IW; R² = 0,653 pada IPR). Faktor lain seperti PDRB per kapita, PAD, dan IPM berpengaruh lemah.