Generasi Z, yang mencakup individu kelahiran tahun 1997 hingga 2012, tumbuh dalam era digital yang pesat dan menghadapi tantangan kompleks yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Dalam hal ini, pola asuh orang tua memegang peran krusial dalam pembentukan karakter dan perkembangan mental anak. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola asuh orang tua yang diterapkan kepada Generasi Z di Kota Surakarta dan menganalisis dampaknya terhadap kesehatan mental Generasi Z dari persepsi mereka. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan Interaksionisne Simbolik dari Teori Sosialisasi yang dikembangkan oleh George Herbert Mead. Pendekatan ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membentuk identitas dan makna, bagaimana interaksi sosial membentuk identitas diri individu dan bagaimana perilaku dan pemahaman individu tentang peran mereka dalam masyarakat melalui proses sosialisasi. Pola asuh dianggap sebagai faktor sosial yang penting dalam membentuk perkembangan perilaku dan kesehatan mental generasi Z, hal ini berarti keluarga memainkan peran penting dalam proses sosialisasi anak. Dengan memahami bagaimana peran pola asuh berkontibusi terhadap kesehatan mental gen Z, penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai peran orang tua dalam mendukung kesejahteraan mental anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Narasumber dipilih menggunakan teknik random purposive sampling, yaitu memilih partisipan berdasarkan relevansi mereka dengan peneltian. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi perilaku untuk meningkatkan validitas hasil. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua di Kota Surakarta sangat beragam, meliputi pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis. Setiap pola asuh memiliki dampak yang berbeda terhadap kesehatan mental anak. Masing-masing pola asuh memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental anak. Pola asuh otoriter cenderung menyebabkan anak merasa tertekan, kurang percaya diri, dan kesulitan mengelola emosi. Pola asuh permisif dapat mengakibatkan anak kurang disiplin dan cenderung egois. Pola asuh demokratis terbukti paling efektif dalam membentuk anak yang mandiri, percaya diri, memiliki empati, dan mampu bersosialisasi dengan baik. Dalam hal ini pola asuh orang tua terbukti berperan penting dalam perkembangan mental gen Z, mental yang sehat dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi anak, begitu juga sebaliknya, mental yang terganggu dapat menghambat kemampuan sosialisasi anak.