Pendampingan dalam komunikasi memiliki peran penting dalam membantu individu beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk dalam konteks kehidupan santri baru di pondok pesantren. Penelitian ini mengkaji bagaimana santri mudabir mengambil peran strategis dalam mengelola kecemasan dan ketidakpastian komunikasi yang dialami santri baru Pondok Pesantren MTA Karanganyar. Santri baru yang datang dari latar belakang sosial, budaya, dan bahasa yang beragam kerap menghadapi tantangan psikososial, terutama berupa kecemasan dan ketidakpastian dalam menjalin interaksi baik dengan sesama santri, santri mudabir, maupun ustadz. Kondisi ini menjadi bagian dari proses penyesuaian diri terhadap kultur pondok yang baru mereka hadapi. Dalam situasi tersebut, santri mudabir memiliki peran strategis, yakni sebagai pendamping, khususnya dalam membantu santri baru mengelola kecemasan serta membangun komunikasi antarpribadi yang lebih efektif. Penelitian ini menyoroti dinamika pendampingan interpersonal yang dilakukan oleh santri mudabir, yang berlangsung secara informal, bersifat emosional, dan dilakukan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pondok pesantren.Teori utama yang digunakan adalah Anxiety/Uncertainty Management Theory (AUM) oleh Gudykunst, dengan menelaah 47 aksioma sebagai dasar dalam memahami proses pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian komunikasi. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif terhadap santri baru dan santri mudabir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri mudabir memainkan peran signifikan dalam membangun rasa aman, meningkatkan kepercayaan diri, serta menumbuhkan keterampilan komunikasi santri baru melalui pendekatan yang humanis, santai, dan berbasis kedekatan emosional. Pendampingan yang dilakukan mencakup pengenalan norma dan budaya pondok, fasilitasi interaksi sosial, serta pembentukan ikatan kelompok. Temuan juga menunjukkan bahwa interaksi yang difasilitasi oleh mudabir berdampak positif pada penurunan tingkat kecemasan dan ketidakpastian santri baru, yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dan keberhasilan adaptasi.