Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis perencanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Gugus Sudirman Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri; 2) menganalisis pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Gugus Sudirman Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri; dan 3) menganalisis evaluasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Gugus Sudirman Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.Penelitian evaluatif ini menggunakan model Five Levels of Evaluation dari Kaufman yang mencakup lima tingkatan evaluasi: input, proses, akuisisi (mikro), dampak organisasi (makro), dan dampak sosial (mega). Subjek penelitian terdiri atas kepala sekolah, guru, tim literasi sekolah, dan siswa dari tujuh sekolah dasar yang tergabung dalam Gugus Sudirman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh sekolah dasar untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan representatif mengenai implementasi GLS pada tingkat gugus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diuji melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode, sedangkan analisis data mengikuti model interaktif Miles dan Huberman yang mencakup tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) perencanaan GLS telah dilaksanakan secara terstruktur dengan merujuk pada regulasi nasional, ditandai pembentukan tim literasi melalui SK kepala sekolah dan tersedianya dokumen perencanaan lengkap di seluruh sekolah (100%), meskipun dokumen anggaran hanya tersedia di 85,7% sekolah, yang berkaitan dengan Level 1 (Input dan Proses) dalam model evaluasi Kaufman; 2) pelaksanaan GLS menunjukkan konsistensi tinggi, terbukti dari kegiatan membaca 15 menit yang rutin dilaksanakan di seluruh sekolah (skor rata-rata 3,00), disertai inovasi program seperti BEN RA LINU dan TUELISH serta integrasi literasi dalam pembelajaran, yang berkaitan dengan Level 2 (Akuisisi) dan Level 3 (Penerapan/Products-Micro Outcomes); 3) evaluasi GLS dilaksanakan dengan frekuensi bervariasi, di mana 42,9% sekolah melaksanakan evaluasi setiap semester. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan kemampuan membaca siswa (skor 3,14), minat baca (3,00), kemampuan menulis (2,86), dan kemampuan berbicara (2,71), serta terbentuknya budaya literasi yang berkelanjutan di lingkungan sekolah, yang berkaitan dengan Level 4 (Dampak Organisasi) dan Level 5 (Dampak Sosial/Mega).