Penulis Utama : Aries Yuwono
NIM / NIP : S850908106
× ABSTRAK Pemecahan masalah (problem solving) menjadi sentral dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dimaklumi karena pemecahan masalah dekat dengan kehidupan sehari-hari, juga karena pemecahan masalah melibatkan proses berpikir secara optimal. Hal ini terjadi karena untuk menyelesaikan masalah, seseorang perlu menciptakan aturan untuk mengatasi masalah. Karena proses berpikir peserta didik sulit diamati, maka perlu upaya agar pemecahan masalah dalam matematika dapat dikuasai dengan baik, salah satunya melalui penghargaan terhadap perbedaan pada masing-masing peserta didik. Dengan pengamatan yang mendalam pada diri peserta didik, akan disadari adanya berbagai jenis perbedaan, seperti perbedaan kepribadian, perbedaan proses berpikir, dan perbedaan cara belajar. Keirsey membagi tipe kepribadian menjadi empat tipe, yaitu tipe guardian, tipe artisan, tipe rational, dan tipe idealist. Mengajarkan pemecahan masalah matematika berdasarkan perbedaan peserta didik berarti pengajar mengusahakan agar setiap peserta didik mempunyai hak untuk diperhatikan oleh setiap pengajar secara pribadi masing-masing, dan bukan secara klasikal, dimana banyak pribadi bergabung menjadi satu. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana profil siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari masing-masing tipe kepribadian. Sedangan tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan profil siswa SMA masing-masing tipe kepribadian dalam memecahkan masalah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-eksploratif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa SMA Negeri 1 Kedungwaru kelas XII dengan cara stratified sampling dan purposive sampling. Subjek penelitian sejumlah 2 siswa dari masing-masing tipe kepribadian. Data penelitian berwujud data tertulis dan data lisan. Data tertulis diperoleh dari hasil pengerjaan subjek penelitian terhadap instrumen penggolongan tipe kepribadian dan instrumen lembar tugas pemecahan masalah matematika. Data lisan diperoleh dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan subjek penelitian. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: (1) menyiapkan instrumen penggolongan tipe kepribadian, instrumen soal pemecahan masalah, dan pedoman wawancara, (2) validasi instrumen penggolongan tipe kepribadian, instrumen soal pemecahan masalah, dan pedoman wawancara, (3) pelaksanaan tes tertulis penggolongan tipe kepribadian, (4) penentuan subjek penelitian, (5) pelaksanaan tes tertulis soal pemecahan masalah matematika dan wawancara pada subjek penelitian, (6) analisis data, (7) pendeskripsian profil subjek penelitian berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara, (8) pembahasan, dan (9) menyimpulkan hasil penelitian. Data dianalisis untuk mengetahui profil subjek penelitian dalam memecahkan masalah matematika yang terkait abstraksi ditinjau dari tipe kepribadian berdasarkan langkah-langkah Polya: (1) langkah memahami masalah, (2) langkah membuat rencana pemecahan masalah, (3) langkah melasanakan rencana pemecahan masalah, dan (4) langkah memeriksa kembali jawaban. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) dalam memahami masalah, siswa tipe guardian melakukan proses berpikir asimilasi, tetapi tidak menuliskan syarat cukup dan syarat perlu secara eksplisit; (2) dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa tipe guardian melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, tetapi perencanaan pemecahan masalah yang dibuat tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaian pemecahan masalah; (3) dalam menyelesaikan pemecahan masalah, siswa tipe guardian melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan meskipun tidak dapat membuat rencana pemecahan masalah yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pemecahan masalah, tetapi siswa tipe guardian dapat melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan lancar dan benar; (4) dalam memeriksa kembali jawaban, siswa tipe guardian melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan dapat memeriksa kembali jawaban dengan lancar dan benar, tetapi tidak mengetahui cara lain dalam memeriksa kembali jawaban; (5) dalam memahami masalah, siswa tipe artisan melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, tetapi tidak menuliskan syarat cukup dan syarat perlu secara eksplisit; (6) dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa tipe artisan melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, tetapi perencanaan pemecahan masalah yang dibuat tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaian pemecahan masalah; (7) dalam menyelesaikan pemecahan masalah, siswa tipe artisan melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan meskipun tidak dapat membuat rencana pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai pedoman menyelesaikan masalah, tetapi siswa tipe artisan dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan lancar dan benar; (8) dalam memeriksa kembali jawaban, siswa tipe artisan melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan dapat memeriksa kembali jawaban dengan lancar dan benar, tetapi tidak mengetahui cara lain dalam memeriksa kembali jawaban; (9) dalam memahami masalah, siswa tipe rational melakukan proses berpikir asimilasi, dan dapat menuliskan syarat cukup dan syarat perlu secara eksplisit; (10) dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa tipe rational melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, tetapi perencanaan pemecahan masalah yang dibuat tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaian pemecahan masalah; (11) dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah, siswa tipe rational melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan meskipun tidak dapat membuat rencana pemecahan masalah yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah, siswa tipe rational dapat menyelesaikan pemecahan masalah dengan lancar dan benar; (12) dalam memeriksa kembali jawaban, siswa tipe rational melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan dapat memeriksa kembali jawaban dengan lancar dan benar, tetapi tidak mengetahui cara lain dalam memeriksa kembali jawaban; (13) dalam memahami masalah, siswa tipe idealist melakukan proses berpikir asimilasi, dan menuliskan syarat cukup dan syarat perlu secara implisit; (14) dalam membuat rencana pemecahan masalah, siswa tipe idealist melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, tetapi perencanaan pemecahan masalah yang dibuat tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaian pemecahan masalah; (15) dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah, siswa tipe idealist melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan meskipun tidak dapat membuat rencana pemecahan masalah, tetapi siswa tipe idealist dapat melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan lancar dan benar; (16) dalam memeriksa kembali jawaban, siswa tipe idealist melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi, dan dapat memeriksa kembali jawaban dengan lancar dan benar, tetapi tidak mengetahui cara lain dalam memeriksa kembali jawaban. Kata Kunci: pemecahan masalah matematika, perbedaan peserta didik. ABSTRACT Problem-solving becomes central in mathematics study. This matter is excusable because problem-solving close to daily life, also because problem-solving involve the thinking process optimally.It happens to finish the problem, somebody needs to create the order to overcome the problem. Because thinking process of the students perceived difficult, so it needs the effort so that problem solving in Mathematics can be well mastered, one of them through appreciation and difference of each students. By observation in detail to the students themselves, will be realized by the existence of various difference type, like personality difference, thinking process difference, and difference of way of learning. Keirsey divides the personality type become four types, that is guardians type, artisans type, rationals type, and idealists type. Teaching mathematics problem solving that is based on students difference it means that the instructor tries so that each students has the right to be paid attention by every instructor individually, and not classically, where a lot of person join to become one. Question of research this is how profile student in problem solving in mathematics evaluation from each type of personality. The purpose of research is to description profile of student SMA each type of personality in problem solving. Approach used in this research is qualitative-explorative approach by descriptive research. Subject research of which taken in SMA Negeri 1 Kedungwaru by stratified sampling and purposive smpling. This data research is in the form of written and oral data. Written data is obtained from result of conducting of subject research to mathematics problem and oral data obtained from interview subject research. As for stages-steps in this research are: (1) preparing instrument of classification of personality type, instrument of problem solving, and guidance interview, (2) validation of instrument of classification of personality type, instrument of problem solving, and guidance interview, (3) application of written test by a classification on of personality type, (4) determination of subject research, (5) application of written data by problem of Mathematics problem solving and interview at subject research, (6) data analysis, (7) description of profile of subject research based on written test result and interview, (8) solution, and (9) conclusion of research result. Data is analysed to know the profile of subject research in solving problem related to mathematics abstraction based on Polya’s procedure evaluated from personality type. The results of the research show that: (1) to understand the problem, the students of guardian type do an assimilation thinking process, but they do not write enough condition and require condition explicit; (2) to make planning of problem solving, the students of guardian type do assimilation thinking process and abstraction but the planning of problem solving which is made can not be a guidance to finish problem solving; (3) to finish problem solving, the students of guardian type do assimilation thinking process and abstraction, although they can not make a planning of problem solving which can be made guidance in doing problem solving, The can do the planning of problem solving easily and correctly; (4) to check the answer, the students of guardian type do assimilation thinking process and abstraction, and the can check again the answer easily and correctly, but they do not know another way to check again the answer; (5) to understand the problem, the students of artisan type do an assimilation thinking process and abstraction, but he does not write enough condition and require condition explicit; (6) to make a planning of problem solving, the students of artisan type do assimilation thinking process and abstraction, but the planning of problem solving which is made can not be a guidance to finish the problem solving; (7) to finish the problem solving, the students of artisan type do assimilation thinking process and abstraction. Although they can not make a planning of problem solving which can be made a guidance to finish the problem, they can finish the problem solving easily and correctly; (8) to check again the answer, the students of artisan type do an assimilation thinking process and abstraction, and they can check again the answer easily and correctly; (9) to understand the problem, the students of rational type do an assimilation thinking process and they can write enough condition and require condition explicit; (10) to make planning of problem solving, the students of rational type do an assimilation thinking process and abstraction but the planning of problem solving which is made can not be a guidance to finish the problem solving; (11) to do the planning of problem solving, the students of rational type do assimilation thinking process and abstract, although they can’t make a planning of problem solving which can be a guidance to finish the problem, they can finish the problem solving easily and correctly; (12) to check again the answer, the students of rational type do an assimilation thinking process and abstraction. They can check again the answer easily and correctly; (13) to understand the problem, the students of idealist type do an assimilation thinking process and they write enough condition and require condition implicit; (14) to make a planning of problem solving, the students of rational type do assimilation thinking process and abstraction, but the planning of problem solving which is made can not be a guidance to finish problem solving; (15) to do the planning of problem solving, the students of idealist type do assimilation thinking process and abstraction, although they can not make a planning of problem solving, they can do the planning of problem solving easily and correctly; (16) to check again the answer, the students of idealist type do assimilation thinking process and abstract, and the can check again the answer easily and correctly, but they do not know another way to check again the answer. Keyword: mathematics problem solving, the difference of students.
×
Penulis Utama : Aries Yuwono
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S850908106
Tahun : 2010
Judul : Profil siswa SMA dalam memecahkan masalah Matematika ditinjau dari tipe kepribadian
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2010
Program Studi : S-2 Pendidikan Matematika
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prog. Studi Pendidikan Matematika-S.850908106-2010
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Mardiyana, M.Si.
2. Drs. Imam Sujadi, M.Si.
Penguji :
Catatan Umum : 3857/2010
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.