Penulis Utama : Juli Purnomo
NIM / NIP : S6006001
× RINGKASAN Penemuan dini kanker paru berdasarkan keluhan saja jarang terjadi. Keluhan yang ringan biasanya terjadi pada mereka yang telah memasuki stadium II. Kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stadium lanjut. Penemuan kanker paru stadium dini akan sangat membantu penderita. Penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Sputum dapat diperoleh secara langsung dibatukkan atau dirangsang dengan inhalasi. Pemeriksaan sitologi sputum merupakan satu-satunya metode non invasif yang dapat mendeteksi keganasan paru dini yaitu lesi premaligna atau karsinoma. Inhalasi uap dapat menggunakan beberapa cairan antara lain NaCl 3% pada suhu 37oC.3 Sputum diperiksa secara langsung dengan fiksasi alkohol 95% maupun secara dikumpulkan dan difiksasi dengan larutan Saccomano. Pemeriksaan sputum dengan cara invasif bisa dikerjakan dengan bilasan bronkus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitiviti pemeriksaan sitologi sputum cara inhalasi NaCl 3% 1 kali dengan fiksasi alkohol, inhalasi NaCl 3% 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano dan bilasan bronkus dengan fiksasi alkohol dalam mendiagnosis kanker paru. Hasil dari ketiga cara tersebut dibandingkan untuk direkomendasikan sebagai cara pemeriksaan sitologi sputum dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jenis penelitian yang digunakan ialah uji diagnostik, yang membandingkan sensitiviti pemeriksaan sitologi sputum antara cara inhalasi NaCl 3% 1 kali dengan fiksasi alkohol, inhalasi NaCl 3% 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano dan bilasan bronkus dengan fiksasi alkohol untuk mendiagnosis kanker paru. Penelitian dilakukan terhadap 57 pasien yang terbukti menderita kanker paru yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel diambil dengan teknik Consecutive Quota sampling. Pembacaan hasil sitologi sputum dilakukan oleh seorang ahli patologi anatomi. Hasil penelitian didapatkan jenis kelamin subjek penelitian terdiri dari 40 orang (70%) laki-laki dan 17 orang (30%) perempuan. Jenis sel pada laki-laki terbanyak adalah karsinoma sel besar dan jenis sel terbanyak pada perempuan adalah adenokarsinoma.Umur paling muda adalah 29 tahun dan paling tua adalah 76 tahun dengan rerata umur 58,2 ± 5,70 tahun. Jenis sel kanker terbanyak pada umur di bawah 60 tahun adenokarsinoma, sedangkan jenis sel kanker terbanyak pada umur di atas 60 tahun adalah karsinoma sel besar. Sebanyak 40 orang (70%) adalah perokok dan 17 orang (30%) bukan perokok. Jenis sel kanker terbanyak pada perokok adalah karsinoma sel besar, sedangkan jenis sel kanker terbanyak bukan perokok adalah adenokarsinoma. Letak tumor paling banyak adalah di perifer yaitu 33 kasus (57,8%), letak sentral sebanyak 21 kasus (37,0%) dan tak bisa ditentukan adalah sebanyak 3 kasus (5,2%). Jenis sel kanker terbanyak pada letak perifer adalah adenokarsinoma, jenis sel kanker terbanyak pada letak sentral adalah karsinoma sel skuamosa dan semua kasus tak dapat ditentukan letaknya adalah adenokarsinoma. Sensitiviti pemeriksaan sputum dengan cara inhalasi NaCl 3% 1 kali dengan fiksasi alkohol adalah 3,5%. Sensitiviti pemeriksaan sputum dengan cara inhalasi NaCl 3% 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano adalah sebesar 10,5%. Sensitiviti pemeriksaan sitologi sputum dengan cara bilasan bronkus dengan fiksasi alkohol adalah 24,5%. Untuk membandingkan sensitiviti ketiga cara pemeriksaan tersebut digunakan test of agreement (uji kesepakatan) dengan menghitung nilai kappa (k) dan uji kemaknaan dihitung nilai z. Sensitiviti cara inhalasi NaCl 3% 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano dibanding inhalasi NaCl 3% 1 kali dengan fiksasi alkohol mempunyai nilai kesepakatan yang lemah (k = 0,472) dan bermakna (zhitung > z1 - .05). Sensitiviti cara inhalasi NaCl 3 % 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano dibanding cara bilasan bronkus dengan fiksasi alkohol mempunyai nilai kesepakatan yang baik (k = 0,668) dan bermakna (zhitung > z1 - .05). Sensitiviti cara inhalasi NaCl 3% dengan fiksasi alkohol dibanding cara bilasan bronkus dengan fiksasi alkohol memiliki nilai kesepakatan yang lemah (k = 0,202) dan bermakna (zhitung > z1-.05). Kesimpulan, pemeriksaan sitologi sputum cara inhalasi NaCl 3% 3 hari berturut-turut dengan fiksasi Saccomano direkomendasikan dapat dipakai untuk untuk skrining deteksi dini kanker paru. ABSTRACT Background : Histopathological examination is paramount in patients with suspected lung cancer, because it is a gold standard for lung cancer diagnosis. Sputum cytology examination is the only non-invasive examination that can detect lung cancer, besides it is quite cheap and can be used widely. Objective : The aim of this study is to compare whether any sensitivity differences among once 3% saline inhalation with alcohol fixation, continously within 3 days 3% saline inhalation with alcohol fixation and bronchial washing with alcohol fixation for lung cancer diagnosis. Setting : In the ward unit of Dr. Moewardi general hospital Surakarta. Methods : A total of 57 consecutive quota samples were examined once saline 3% saline inhalation with alcohol fixation, continously within 3 days 3% saline inhalation with alcohol fixation and bronchial washing with alcohol fixation for lung cancer diagnosis. The three ways were calculated for sensitivity and compared the value of the agreement and significancy. To compare the sensitivity of the screening method was used agreement test by calculating the kappa (k) and significant test by calculating the value of z. Result : The continously within 3 days 3% saline inhalation with Saccomano fixation was more sensitive than once 3% saline inhalation with alcohol fixation. It has good agreement (k = 0.472) and significant (zcalculated> z1 - .05). The continously within 3 days 3% saline inhalation with Saccomano fixation was less sensitive than bronchial washing with alcohol fixation. It has good agreement (k = 0.668) and significant (zcalculated > z1 - .05). Once 3% saline inhalation with alcohol fxation was less sensitive than bronchial washing with alcohol fixation. It has poor agreement (k = 0.202) and significant (zcalculated > z1-.05). Conclusion : Sputum cytologic examination was done by doing continously within 3 days 3% saline inhalation with Saccomano fixation can be recommended to be used for early detection of lung cancer screening.
×
Penulis Utama : Juli Purnomo
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S6006001
Tahun : 2010
Judul : Perbandingan sensitiviti pemeriksaan antara sputum inhalasi NaCl dan bilasan bronkus fiksasi alkohol dengan fiksasi saccomano untuk diagnosis kanker paru
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. Kedokteran - 2010
Program Studi : PPDS Pulmonologi
Kolasi :
Sumber : UNS-F. Kedokteran Prog. Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi-S.6006
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Eddy Surjanto, dr., SpP(K)
2. Prof. Dr. Suradi, SpP(K), dr., MARS
3. Sugeng Purwoko, dr., M.Med.Sci, SpGK
Penguji :
Catatan Umum : 4111/2010
Fakultas : Fak. Kedokteran
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.