Eksperimentasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pada Materi Pokok Lingkaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas 8 Smp Di Kabupaten Sragen
Penulis Utama
:
SUYADI
NIM / NIP
:
S850208027
×ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah prestasi belajar matematika dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Pemecahan Masalah lebih baik daripada model pembelajaran Langsung, (2) Apakah prestasi belajar matematika siswa yang motivasi belajarnya lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang motivasi belajarnya lebih rendah (dibawahnya), (3) Apakah prestasi belajar matematika siswa yang motivasi belajar tinggi maupun sedang pada model pembelajaran Pemecahan Masalah lebih baik dari model pembelajaran Langsung, tetapi pada siswa yang motivasi belajarnya rendah prestasi belajar yang dicapai pada model pembelajaran Langsung lebih baik daripada model pembelajaran Pemecahan Masalah.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan sampel penelitian adalah siswa kelas 8 pada SMP Negeri 1Gemolong, SMP Negeri 2 Sidoharjo dan SMP Negeri 1 Sukodono. Pada masing- masing SMP diambil dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Dari tiga SMP yang sebagai sampel tersebut terdapat tiga kelas sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 120 anak dan tiga kelas lainnya sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 120 anak.
Kemampuan awal matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diambil dari nilai raport semester 1 tahun pelajaran 2008/2009, kemudian dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t dengan derajat signifikansi 5 %, diperoleh hasil tobs = 0,0968 sedangkan ttabel = 1,96 sehingga hipotesis nol tidak ditolak. Maka disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang seimbang. Instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan uji daya beda dan tingkat kesukaran soal, dan uji reliabilitas dengan rumus KR-20. Instrumen tes yang diujikan dari 40 butir yang digunakan untuk tes prestasi belajar adalah 25 butir. Sedangkan instrumen angket motivasi belajar matematika dilakukan uji konsistensi internal menggunakan rumus korelasi produk momen. Instrumen angket motivasi yang diujicobakan dari 40 butir yang konsisten ada 30 butir, kemudian di berlakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan rendah. Uji prasarat analisis meliputi uji normalitas dengan metode Liliefors, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlett dengan derajat signifikansi 5 %.
Uji hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada taraf signifikansi 5 % dari data amatan menunjukkan bahwa Fa = 8,3889 > 3,84 = Fα berarti H0A ditolak, Fb = 54,569 > 3,00 = Fα berarti H0B ditolak dan Fab = 0,7916 < 3,00 = Fα berarti H0AB diterima. Karena H0B ditolak kemudian dilakukan uji lanjut anava dengan komparasi antar kolom untuk mengetahui perbedaan rerata pada motivasi tinggi, sedang, dan rendah. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) prestasi belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah lebih baik daripada model pembelajaran langsung, (2) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar lebih tinggi lebih baik daripada yang memiliki motivasi belajar lebih rendah atau dibawahnya, (3) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sedang pada model pembelajaran pemecahan masalah lebih baik daripada model pembelajaran langsung, tetapi pada motivasi belajar rendah prestasi belajar siswa yang dicapai pada model pembelajaran langsung lebih baik daripada model pembelajaran pemecahan masalah.
Dari penelitian ini direkomendasikan: (1) agar guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah pada materi yang relevan, (2) agar guru dalam pembelajaran jangan hanya menggunakan model pembelajaran langsung atau konvensional.
xvi
ABSTRACT
The goals of the research are to know: (1) whether the mastery of the mathematics study in doing teaching and learning activity use the model problem solving better than model directly, (2) whether the mastery of mathematics study of the student’s motivation study higher is better than the student’s motivationstudy is lower, (3) whether the mastery of the mathematics study of the student’s motivation study is high or normal in the model of the study of problem solving is better than model directly, but the student’s motivation study is lower the achievement of the study in the model directly is better than problem solving.
This research was conducted in all senior high schools in Sragen in 2008/2009 academic year. The research sample was taken by using cluster random sampling from the eight grades students of SMP N 1 Gemolong, SMP N 2 Sidoharjo and SMP N 1 Sukodono. The researcher took two classes, one class as the experimental class and the other class as the control class. From those three schools, there are three classes as the experimental class consisting 120 students and the other one as the control class consisting 120 students.
The early ability of the student’s mathematics in the class of experiment and class of control is taken from score of report the first semester, then is done test use test-t with significancy 5 %, To get tobs = 0.0968 while ttabel = 1.96 so hypotesis zero is not refused. So it is concluded that the group of experiment and the group of control have the early ability well balanced. Instrument test the mathematics study is done different power and difficulty, and is done reliability test that used KR- 20 formula. The instrument test that have tested from forty items that is used for test to master of the study is twenty five items. While the instrument of inquiry to motivate mathematics study is done test concistency internal use correlation product momen formula, while the instrumemt the test from forty items the motivation mathematics study is while the consistency there are thirty items, then may use to the group of experiment and control to know the degree of the high motivation is student study, normal and low. The test analysis used normality test with liliefors method, and the homogenity test used Bartlett Method with significance level of 5 %.
The test of hypothesis used two ways variance analysis with different cell in the significance level 5 %. The data observation showed that Fa = 8.3889 > 3.84 = Fα means H0A is refused, Fb = 54.569 > 3.00 = Fα means H0B is refused, and Fab = 0.7916 < 3.00 = Fα means H0AB is received. Because of H0B is refused then it is done test by comparing with coulum to know the differences between the motivation of high, normal and low. The conclusions of the research are : (1) the student’s achievement of mathematics who uses problem solving in teaching is better than direct teaching model, (2) the student’s achievement of mathematics who have high motivation in studying is better than those who have low
motivation in studying, (3) the student’s achievement of mathematics who have high and medium motivation in problem solving learning is better than direct
learning model, but the students who have low motivation in learning, the achievement they get is better in direct teaching model than problem solving model.
From the research, it is recommended that: (1) the teacher is expected to teach using Problem Solving in teaching the relevan material, (2) the teacher is expected not only using direct teaching model or conventional.
×
Penulis Utama
:
SUYADI
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
S850208027
Tahun
:
2009
Judul
:
Eksperimentasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pada Materi Pokok Lingkaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas 8 Smp Di Kabupaten Sragen