Perbandingan antara proses pembelajaran matematika dan strategi menyelesaikan masalah tentang pecahan oleh siswa sekolah dasar di sekolah yang mengimplementasikan PMRI dan yang tidak mengimplementasikan PMRI
Penulis Utama
:
Mujib
NIM / NIP
:
S850907016
×Abstrak
Di Indonesia, penerapan model Pendidikan Matematika Realistik (Realistic
Mathematicss Education—RME) dikenal sebagai Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI). Model ini penting karena proses belajar-mengajar diterapkan
berdasarkan konteks bagi pembelajaran matematika progresif di mana siswa dapat
mengembangkan strategi solusi yang spesifik konteks-informal dari aneka situasi
yang dialami secara realistik. Karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah pertama,
melihat perbedaan pembelajaran matematika dalam kelas dari sekolah PMRI dan
non-PMRI dilihat dari keaktifan guru, keaktifan siswa dan interaksi siswa; kedua,
mengetahui minat siswa pada matematika dalam sekolah PMRI dan non-PMRI; dan
ketiga, mengetahui proses berpikir atau bernalar siswa dalam menyelesaikan masalah
pecahan matematika di kelas dalam sekolah PMRI dan non-PMRI.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif memakai
pendekatan perbandingan. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik observasi dan
wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan; (1) Proses pembelajaran matematika di
sekolah PMRI sebagai berikut: (a) Guru berusaha memulai pembelajaran dengan
memberikan masalah kontekstual, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
mengunakan model (alat peraga); (b) Pembelajaran berpusat pada siswa, guru aktif
menjelaskan konsep, guru memberikan kesempatan pada siswa menemukan
penyelesaian dengan caranya sendiri; (c) Intraksi hanya satu arah dari guru kesiswa,
ada intreraksi antara siswa kesiswa. Di SD non-PMRI (a) Guru aktif mentransfer
pengetahuan kepikiran siswa yang menerimanya secara pasif; (b) Siswa kurang aktif
hanya diam, mendengar, apa yang disampaikan oleh guru ; (c) Intraksi guru dan siswa
hanya satu arah yaitu dari guru kesiswa; (2) Minat siswa di SD PMRI; (a) Guru
memberi motivasi dalam belajar matematika sehingga siswa senang dan tidak bosan;
(b) Siswa merasa tertarik belajar matematika karena guru memotivasi mereka
mencari dan menggunakan strategi dalam menyelesaikan masalah dengan caranya
sendiri; Di SD non-PMRI; (a) Guru hampir tidak pernah memotivasi siswa untuk
menemukan cara-cara lain (alternatif) untuk menyelesaikan masalah; (b) Siswa
merasa cepat bosan, dan kurang tertarik belajar matematika karena sulit; (3) Proses
berpikir/bernalar siswa di SD PMRI; (a) Siswa sudah bisa menemukan cara sendiri
dan mulai berpikir kritis. Pola penyeleaian masalah beragam; (b) Siswa sudah berani
menjelaskan idenya dan mengutarakan pendapatnya. Di SD non-PMRI; (a) Siswa
cendung berorintasi pada hasil akhir, bukan pada proses, dalam menyelesaian
masalah dengan satu cara, pola berpikir seragam, pada umumnya formal; (b) Siswa
tidak mampu menjelaskan idenya dengan lancar.
In Indonesia, the application of Realistic Mathematics Education (RME) model
is recognized as Realistic Mathematics Education of Indonesia the model is important
because teaching-learning process is run on the base of context for a progressive
mathematics learning where pupils can develop informal context-specific solution
strategies from various situations that are realistically undergone. Therefore, purposes
of this study are: first, to find out the mathematics learning in both PMRI school and
non-PMRI classes in view of teacher’s activeness, pupil’s activeness, and pupil’s
interaction; second, to find out pupil’s enthusiasm on the subject of mathematics in
both PMRI and non-PMRI schools; and third, to find out the thinking or reasoning
process of pupil in solving the fraction-related mathematics problems in class of both
PMRI and non-PMRI schools.
The study was done by using a descriptive qualitative with a comparative
approach. Data were collected by using observation, interview, and documentary
techniques. Data obtained were analyzed using a descriptive qualitative technique.
Result of the study indicates that (1) SD PMRI had some characteristics
allowing pupil to undergo a progressive mathematics learning, which was indicated
by as follows: (a) The teacher begun the class by providing pupils with contextual
problem while the pupils actively participated using the model; (b) It was pupils
centered: the teacher explained the concept and gave the pupils opportunity to deal
with the problems with their own ways; (c) There were interaction between the
teacher and the pupils and interaction between pupils when doing the exercises. In SD
Non-PMRI; (a) The teacher explained the lesson while the pupils were passive; (b)
The pupils were quickly felt bored and did not like to learn mathematics as they
considered it was a difficult subject; (3) Thinking/logical process of pupils in SD
Non-PMRI (a) The pupils oriented on result rather than process. In solving problems,
the pupils made use only one way. They had same way of thinking, commonly it was
formal; (b) The pupils could not explain their ideas clearly.
×
Penulis Utama
:
Mujib
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
S850907016
Tahun
:
2010
Judul
:
Perbandingan antara proses pembelajaran matematika dan strategi menyelesaikan masalah tentang pecahan oleh siswa sekolah dasar di sekolah yang mengimplementasikan PMRI dan yang tidak mengimplementasikan PMRI
Edisi
:
Imprint
:
Surakarta - Pascasarjana - 2010
Program Studi
:
S-2 Pendidikan Matematika
Kolasi
:
Sumber
:
UNS-Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika -S850907016-2010
Kata Kunci
:
Jenis Dokumen
:
Tesis
ISSN
:
ISBN
:
Link DOI / Jurnal
:
-
Status
:
Public
Pembimbing
:
1. Dr. Y Marpaung 2. Drs. Pangadi, M.Si
Penguji
:
Catatan Umum
:
5653/2010
Fakultas
:
Sekolah Pascasarjana
×
File
:
Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.