Penulis Utama : Freddy Kurniawan
NIM / NIP : D0206007
× Kerusuhan 14-15 Mei 1998 silam yang menjadikan etnis Tionghoa sebagai sasaran amuk massa seakan mengokohkan citra Kota Solo sebagai kota yang bersumbu pendek. Kerusuhan ini bukan merupakan kerusuhan pertama antara etnis Tionghoa dan Jawa di Kota Solo, namun sudah merupakan yang ketujuh sejak tahun 1745. Sebenarnya, penyebab kerusuhan ini adalah masalah sosial, ekonomi, dan politik yang mengkambinghitamkan masalah etnis. Adanya Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) yang selama lebih dari 70 tahun mampu menjaga hubungan kedua etnis di dalam organisasinya layak mendapat perhatian penting. Perhatian diarahkan pada faktor-faktor yang menjadikan PMS, yang awalnya organisasi Tionghoa, hingga kini mampu menjaga keharmonisan hubungan etnis Tionghoa dan Jawa dengan baik. Salah satunya adalah kemampuan masing-masing anggota untuk berkomunikasi dengan anggota lainnya yang berbeda etnis. Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dimiliki oleh anggota PMS baik yang beretnis Tionghoa maupun Jawa yang mendukung keberhasilan komunikasi antarbudaya di tubuh organisasi tersebut. Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretif yang mendeskripsikan dan memahami perilaku dan praktik komunikasi informan kedua etnis di PMS. Untuk mendukung pendekatan interpretif, digunakan tradisi fenomenologi yang berusaha memahami setiap pengalaman informan untuk memperjelas pemahaman. Teknik analisis data mengacu pada teori kompetensi komunikasi antarbudaya Brian H. Spitzberg dan William B. Gudykunst. Penelitian difokuskan pada hasil kompetensi, faktor-faktor penghambat, dan kompetensi komunikasi antarbudaya masing-masing informan dari kedua etnis. Kompetensi komunikasi antarbudaya terdiri dari tiga unsur yakni (1) motivasi; (2) pengetahuan; dan (3) keterampilan komunikasi antarbudaya. Secara umum, penulis sampai pada kesimpulan bahwa masing-masing anggota PMS baik etnis Tionghoa dan Jawa telah mampu menjalin komunikasi antarbudaya satu sama lain secara kompeten. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan pembauran di tubuh PMS yang diuraikan di Bab III dan kompetensi yang dimiliki di Bab IV. Meskipun demikian, masih ditemukan faktor-faktor penghambat berupa etnosentrisme, stereotip, dan prasangka pada masing-masing anggota PMS. Namun, mereka berkeyakinan bahwa faktor-faktor penghambat ini bukan merupakan hal yang mutlak. Dengan demikian, mereka mampu menyikapi faktor penghambat tersebut secara arif.
×
Penulis Utama : Freddy Kurniawan
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : D0206007
Tahun : 2011
Judul : Kompetensi Komunikasi Antarbudaya (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta (Pms) Etnis Tionghoa Dan Jawa)
Edisi :
Imprint : Surakarta - F.ISIP - 2011
Program Studi : S-1 Ilmu Komunikasi
Kolasi :
Sumber : UNS-F.ISIP Jur.Ilmu Komunikasi-D.0206007-2011
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D.
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. ISIP
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.