Penulis Utama : Diajeng Triastari
NIM / NIP : D0203056
× Kampanye politik di Indonesia telah berkembang seiring dengan bertambah majunya teknologi dan perubahan sistem pemilihan secara langsung. Sistem pemilihan langsung (Pemilu) membuat persaingan antar kandidat politik semakin ketat. Pengerahan massa yang biasa menjadi agenda dalam berkampanye, sekarang berkembang dengan perang iklan politik pun marak terlihat di media televisi selama masa kampanye berlangsung. Partai, calon legislatif, calon presiden-wakil presiden atau pun kepala daerah kini mengandalkan pemuatan iklan di televisi. Iklan politik di media televisi dianggap sebagai sarana yang efektif untuk meraup suara masyarakat. Fenomena iklan politik di media televisi Indonesia berawal pada pemilu tahun 1999. Berbeda dengan iklan politik di Amerika, dimana iklan yang menyerang lawan politik (negatif) sudah menjadi hal biasa, iklan-iklan politik di Indonesia berisi konten-konten yang santun (positif). Hal ini erat kaitannya dengan kultur masyarakat Indonesia yang bersifat santun, membicarakan tentang keburukan orang lain merupakan hal yang tabu. Namun seiring ketatnya persaingan, pada pemilu calon presiden-wakil presiden tahun 2009, mulai muncul adanya iklan politik yang bersifat menyerang lawan politik lain. Dengan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat di kota Surakarta khususnya pemilih pemula terhadap iklan politik. Iklan politik yang dibahas disini adalah iklan politik yang bersifat positif dan negatif. Dari tiga kandidat pasangan calon presiden-wakil presiden Pemilu 2009, peneliti mengambil iklan Megawati-Prabowo (iklan negatif) versi “Pro Keluarga Pro Rakyat”, iklan SBY-Boediono (iklan positif) Versi “Dari Rakyat Untuk Rakyat”, iklan JK-Wiranto (Iklan Positif) versi “Kepositifan JK”. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara (interview). Berdasarkan analisis data wawancara, diperoleh simpulan bahwa persepsi mengenai iklan politik yang dimiliki pemilih pemula bervariasi. Kecenderungan persepsi pemilih pemula melihat dari visi misi dan latar belakang figur kandidat. Dalam perkembangan jenis iklan politik yang ada pada pemilu 2009 yaitu munculnya iklan negatif (bersifat menyerang lawan politik), ditemukan pula kecenderungan bahwa iklan negatif membuat persepsi pemilih pemula menjadi lebih rasional dibandingkan dengan iklan positif. Aspek-aspek latar belakang track record kinerja kandidat lebih dikedepankan dan tidak hanya menerima secara pasif kelebihan-kelebihan kandidat seperti yang biasa disodorkan oleh iklan positif.
×
Penulis Utama : Diajeng Triastari
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : D0203056
Tahun : 2011
Judul : Persepsi Iklan Politik pada Pemilih Pemula (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009 di Media Televisi)
Edisi :
Imprint : Surakarta - FISIP - 2011
Program Studi : S-1 Ilmu Komunikasi
Kolasi :
Sumber : UNS-FISIP Jur. Ilmu Komunikasi-D.0203056-2011
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Drs. Alexius Ibnu M., M.SI.
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. ISIP
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.