Penelitian ini berjudul  Akulturasi Budaya Jawa-Cina Sebagai Upaya  Rekonsiliasi Etnis Jawa-Cina Di Kampung Balong Sudriroprajan Surakarta.  Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui (1)  latar belakang terbentuknya  masyarakat Cina di Surakarta (2) Mengetahui kehidupan dan interaksi masyarakat  Jawa-Cina di dalam komunitas perkampungan Balong Sudiroprajan.  (3)  Mengetahui  masyarakat perkampungan Balong Sudiroprajan memaknai simbol-simbol akulturasi Jawa dan Cina pasca konflik Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  historis yang meliputi empat langkah metode,  yaitu  heuristik, kritik sumber,  interpretasi, dan  historiografi.  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah  studi dokumen, studi pustaka dan wawancara. Untuk menganalisis data, menggunakan  teknik analisa data diskriptif yang artinya memaparkan suatu  fenomena beserta ciri-cirinya secara khusus yang terdapat dalam fenomena itu,  dan analisis adalah usaha untuk menganalisa  dan menginterpretasikan data-data  yang berhubungan dengan topik permasalahan. Dengan sendirinya studi tidak  hanya mempermasalahkan apa, dimana, kapan, tetapi lebih jauh lagi juga  mempermasalahkan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi.  Dari analisa itu dapat disimpulkan beberapa hal yaitu bahwa yang  melatarbelakangi munculnya perpaduan budaya baru antara Jawa-Cina adalah  perubahan sosial akibat konflik yang mengarah pada etnis Cina maka  seirama  dengan reformasi demokratis ini terlihat adanya upaya-upaya mengangkat  kembali isu-isu solidaritas kebangsaan terutama dalam hubungannya dengan  persamaan dan penyatuan Etnis Jawa dan Cina.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa  Etnis Jawa dan Etnis Cina  sebenarnya  memiliki pandangan hidup yang sama yaitu menjaga hubungan  sesama  manusia yang harmonis.  Ritual dan perayaan yang muncul  dari hasil  perpaduan budaya Jawa dan Cina merupakan kelanjutan dari budaya perkawinan  campur yang ada sejak lama. Perayaan dan ritual-ritual yang melibatkan dua unsur  budaya menjadi satu ini adalah upaya masyarakat  Kelurahan Sudiroprajan untuk  menyampaikan pesan bahwa antara Etnis Jawa dan Etnis Cina dapat membaur dan  berakulturasi dengan baik  apabila adanya kesadaran untuk saling menghargai  perbedaan latar belakang etnis, kepercayaan, dan budaya.  Perbedaan yang ada  ditunjukkan oleh masyarakat Sudiroprajan sebagai suatu kesatuan atas  keberagaman.  This research  is entitled  Acculturation  as  a  reconciliation  effort  of Javanese-Chinese  ethnic  in Balong Sudiroprajan  Village,  Surakarta. This study  has purposes: (1) to determine the background of the Chinese society formation in  Surakarta;  (2)  to determine  the lives and interactions of Javanese-Chinese society in Balong Sudiroprajan  Vilage;  (3)  to know how the  Balong Sudiroprajan Village  society interpret the symbols of Javanese and Chinese acculturation after conflict. The research method used in this study  was the historical method  including  four-step methods; they were  heuristic, source criticism, interpretation,  and historiography.  The techniques of data  collection used  were  document  analysis,  literature  study,  and interview. To analyze the data,  the researcher  used descriptive data analysis technique which means to describe a phenomenon and its  characteristics  specificaly  containing in the  phenomenon;  and  analysis  means  an  attempt to analyze and interpret  the  data related to the subject matter. The study  does not only  concern about what, where, when, but also  concerns about  how and  why a phenomenon occurs.  The result of the analysis shows  that the background of  the  emergence of new cultural fusion between Javanese and Chinese  society is a social change,  as a  result of  the  conflict that lead to  Chinese  ethnic, which is in line with the  democratic reform. This change is  seen  from the  efforts  to  raise the issues of  national solidarity, especially in relation with  equality and unification of Javanese  and Chinese ethnics.  The result showed that  the Javanese  and Chinese ethnics,  in fact,  have the  same outlook on life  which  is keeping a harmonious human relationship.  The  rituals and celebrations which arise from the combination of Javanese and Chinese  culture  are  a continuation of the cultural intermarriage  which has  existed  since  a  long time ago.  The  celebrations and rituals involving the  fusion of  two  culture  elements  are the  effort  of Sudiroprajan society to convey  a  message that  Javanese and Chinese  ethnics  can blend  and acculturate well when there is a  consciousness  of mutual respect for differences in ethnic background, beliefs, and cultures.  The  existing differences are shown by Sudiroprajan society as a unity and a diversity