×Puisi mampu mengonstruksi realitas melalui permainan bahasa berdasarkan konvensi estetis untuk memperebutkan kebenaran. Setiap penyair berusaha untuk membentuk rangkaian wacana dengan gaya, karakter, dan pola yang berbeda dengan penyair lainnya sebagai inovasi. Selain itu, penyair berusaha untuk memberi keyakinan berdasarkan pandangan-pandangan yang termarginal di dalam kehidupan melalui penanda-penanda, baik yang hadir maupun tak hadir. Tidak heran jika puisi dipandang sebagai bagian dari budaya karena memainkan kebenaran di suatu zaman. Puisi yang ditulis oleh Abdul Wachid B.S. menggunakan medium bahasa, yang di sisi lain “bahasa itu tidaklah nertral,” melainkan bahasa mengkonstruks realitas. Perpuisian Abdul Wachid B.S. lebih banyak dipahami memiliki nilai dan makna mengenai sufi. Padahal, makna tidak dapat muncul secara kolektif. Pemahaman seperti ini ada kekeliruan dengan pretensi pemaknaan didasarkan pada labelitas terdahulu. Pemaknaan seharusnya tidak hanya berhenti pada puisi itu sendiri, melainkan pada entitas, yakni makna-makna yang berada di sekitarnya secara berserakan. Perpuisian Abdul Wachid B.S. memiliki entitas yang dapat ditelusuri lebih jauh karena adanya sistemisasi dalam menulis puisi. Keterhubungan Abdul Wachid B.S. dengan bahasa, realitas, dan institusi sosial merupakan acuan dan makna dari wacana yang terus dikonstruks untuk berdiri pada posisi idealitas, yang bergerak dalam lingkup arena produksi kultural. Penelitian berjudul “Wacana dalam Perpuisian Abdul Wachid B.S.” berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam strategi wacana dari puisi-puisi Abdul Wachid B.S.; Mengungkapkan secara mendalam rekonstruksi wacana di dalam perpuisian Abdul Wachid B.S. mampu memperebutkan makna; dan Memformulasikan secara mendalam transformasi wacana dari perpuisian Abdul Wachid B.S. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara multiinterdisipliner dengan melibatkan lebih dari dua bidang ilmu untuk digunakan dalam mengalisis masalah yang sama. ada disiplin mayor yang digunakan, yakni teks yang ditelaah berdasarkan wacana kritis. Teori wacana yang dikemukakan oleh Michel Foucault akan didukung oleh teori stilistika untuk mengungkap karakteristik teks, semiotika untuk mengungkap produksi makna, dan strukturasi untuk mengungkap arah transformasinya. Perpuisian Abdul Wachid B.S., yang menjadi objek di dalam penelitian ini, akan dianalisis secara mendalam. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen.
viii
Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi secara mendalam mengenai wacana yang terkandung di dalam perpuisian Abdul Wachid B.S. Pertama, strategi wacana di dalam puisi-puisi Abdul Wachid B.S. terbentuk oleh politik metonimi dan metafora. Pertautan antara metonimi dan metafora itu tersembunyi dalam simbol-simbol sehingga variasi bahasa lebih termungkinkan. Dalam bahasa yang bervariatif dapat memungkinkan penyair untuk meyakinkan kepada publik tentang tanda dan substansi dari puisi modern, yang pada tahun 1980-an hingga 2000 kental dengan simbol. Kedua, rekonstruksi wacana di dalam perpuisian Abdul Wachid B.S. dimulai dengan mengkritisi modernisasi, terutama dengan pembangunan kota yang di sisi lain menyebabkan orang kecil tersisih. Pembangunan yang terjadi pada rezim Orde Baru ditulis dengan serangkaian dialektika, terutama dengan wacana religius yang berusaha untuk mengingatkan kembali hakikat manusia pada nilai. Abdul Wachid B.S. melalui puisi untuk mewacanakan sesuatu yang termarginal dari realitas yang diimpikan oleh rezim Orde Baru. Ketiga, transformasi wacana dari perpuisian Abdul Wachid B.S. terbentuk oleh wacana religius yang secara sosial mulai memudar di kalangan modern, tetapi juga sedang berkembang di Indonesia seiring munculnya sastra sufi dan sastra profetik.