×Busana Basahan “dodot gadhüng mlathi” merupakan busana pernikahan agung yang digunakan oleh raja dan keturunannya. Seiring perkembangan zaman, kini busana Basahan gadhüng mlathi dapat digunakan oleh masyarakat umum. Tentunya busana dan prosesi yang dilakukan oleh masyarakat di luar tembok Kraton tidak sama persis dengan yang ada di Kraton. Busana Basahan gadhüng mlathi dikenakan oleh kedua pengantin pada upacara panggih. Penelitian ini diarahkan pada wujud, bobot, dan penampilan busana Basana Basahan dodot gadhüng mlathi.
Teori yang digunakan adalah estetika A.A.M. Djelantik, dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Teori estetika A.A.M. Djelantik digunakan untuk mengungkap wujud, bobot, serta penampilan busana Basahan dodot gadhüng mlathi pada upacara panggih. Untuk analisisnya dibutuhkan data yang berhubungan dengan objek yang diteliti dari narasumber yang berkompeten.
Hasil dari penelitian ini, ditemukan adanya pergeseran dan inovasi wujud, maupun makna pada busana Basahan dodot gadhüng mlathi. Inovasi ditemukan pada kain dodot gadhüng mlathi yang berkembang menjadi tiga warna yaitu hijau ayu, toska, dan botol. Perkembangan yang terjadi pada wujud, bobot ataupun penampilan pada busana Basahan gadhüng mlathi merupakan inovasi yang mengikuti perkembangan zaman dan selera konsumen atau masyarakat. Masyarakat pada umumnya mengenakan busana Basahan gadhüng mlathi ingin mengagungkan busana tersebut karena keindahannya. Jadi, banyak masyarakat yang tidak paham benar makna dan falsafah yang terkandung pada busana tersebut.