×
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) cerita rakyat yang melatarbelakangi diadakannya Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta; (2) unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta; (3) prosesi dan nilai simbolis yang terkandung dalam Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta; (4) pelaksanaan pembelajaran sastra di SD, SMP, dan SMA. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi penelitian studi kasus terpancang tunggal. Sumber data penelitian berupa peristiwa, informan, dokumen, dan benda budaya. Objek penelitian ini adalah cerita rakyat yang melatarbelakangi diadakannya Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta, struktur cerita yang terdapat dalam cerita rakyat Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta, prosesi dan simbol yang terdapat dalam Upacara Tradisi Sekaten di Surakarta, dan pelaksanaan pembelajaran sastra di SD, SMP dan SMA. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview), pengamatan langsung, dan analisis isi dokumen/arsip. Teknik sampling yang digunakan yaitu Snowball Sampling dan Purposive Sampling. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu teknik analisis interaktif. Hasil analisis cerita rakyat yang melatarbelakangi Upacara Tradisi Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta yang telah diteliti berupa asal-usul diselenggarakannya Sekaten dengan berdirinya Kerajaan Demak sebagai pusat penyebaran agama Islam oleh Raden Patah dan Wali Songo. Penyebaran Islam tersebut dilakukan dengan mengakulturasikan budaya setempat dengan ajaran Islam. Untuk itu dibuatlah suatu momentum yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu dakwah dengan menggunakan media gamelan. Masyarakat pun tertarik, dan mereka yang datang ke masjid diberikan dakwah serta disyahadatkan. Syahadatan sebagai ikrar pengakuan diri terhadap Ke-Esaan Allah SWT mendapat respon positif, dan lama-lama dikenal dengan Sekaten. Hasil analisis kajian struktural Cerita Rakyat Upacara Tradisi Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta yaitu: (1) Tema keagamaan; (2) alur cerita maju atau lurus; (3) tokoh cerita meliputi, Raden Patah, Wali Songo, Girindrawardhana; sedangkan (4) latar cerita di Keraton Kasunanan Surakarta dan Masjid Agung Surakarta, 5-12 Rabiul Awal. Prosesi dalam Upacara Tradisi Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta dimulai pada tanggal 5 Rabiul Awal pukul empat sore, yaitu ditandai dengan dibunyikan gamelan sekaten di Masjid Agung untuk yang pertama kali. Selama satu minggu halaman Masjid Agung dipenuhi dengan keramaian, baik para pedagang yang menjual dagangan khas sekaten, maupun masyarakat yang berantusias ingin mendengarkan alunan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari yang diletakkan di Pendopo Utara dan Selatan Masjid Agung. Kemudian pada puncak acara tanggal 12 Rabiul Awal dikeluarkanlah gunungan dari keraton. Masyarakat dari berbagai daerah datang untuk mengikuti acara tersebut, termasuk tradisi rayahan gunungan yang dipercaya oleh masyarakat akan mendatangkan berkah dan rejeki. Simbol yang terkandung dalam Cerita Rakyat Upacara Tradisi Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu terdapat dalam gunungan yang dikeluarkan oleh keraton. Gunungan tersebut sebagai wujud rasa syukur Raja kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkah dan rahmat yang diberikan. Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran sastra di SD, SMP, dan SMA yang telah diteliti yaitu bahan ajar cerita rakyat dapat digunakan sebagai apresiasi sastra yang dapat menanamkan nilai budi pekerti kepada siswa. Cerita rakyat sebagai kekayaan budaya bangsa memiliki nilai-nilai luhur sebagai cermin jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk itu harus dilestarikan keberadaannya agar tidak tergeser oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia..