Penulis Utama : Christin Cahyoningrum
NIM / NIP : C0209012
× Permasalahan yang diangkat yaitu (1) Bagaimanakah sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha? (2) Bagaimanakah persamaan dan perbedaan budaya dalam ritual pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha? (3) Bagaimana perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel tersebut? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha. (2) Mengetahui persamaan dan perbedaan budaya dalam ritual pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha. (3) Mencari perbedaan sudut pandang perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari cetakan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 dengan tebal 406 halaman dan novel Memoar Seorang Geisha karya Arthur Golden cetakan PT Gramedia Pustaka Utama. Adapun objek formalnya meliputi persamaan dan perbedaan sikap hidup tokoh utama wanita serta nilai-nilai budaya dalam kedua novel tersebut. Sumber data penelitian ini adalah novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari cetakan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 dengan tebal 406 halaman dan novel Memoar Seorang Geisha karya Arthur Golden cetakan PT Gramedia Pustaka Utama. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata, frase, maupun kaimat yang menunjukkan adanya persamaan serta perbedaan sikap hidup tokoh utama wanita dan nilai-nilai budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha sehubungan dengan teori Sastra Bandingan Aliran Perancis dan teori Antropologi Sastra. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha memiliki persamaan dan perbedaan. Sama seperti Srintil, Sayuri juga berprofesi sebagai wanita penghibur tradisional. Bedanya, Srintil menjadi ronggeng di Banyumas, sedangkan Sayuri menjadi geisha di Jepang. Meski keduanya melewati masalah yang sulit dalam menjadi seorang perempuan penghibur tradisional, tetapi cara Srintil dan Sayuri dalam menyikapi masalah mereka berbeda. Srintil selalu diam dan lebih banyak mencari waktu menenangkan diri untuk lari dari masalah, tetapi Sayuri menyikapi masalahnya dengan lebih tenang dan menggunakan logika. (2) Persamaan budaya dalam ritual pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha ada lima. Pertama, ronggeng maupun geisha menggunakan pakaian dan gaya rambut mereka sesuai dengan adat. Kedua, baik ronggeng maupun geisha menyajikan tarian dan nyanyian tradisional. Ketiga, keduanya menjalani upacara penjualan keperawanan sebelum ditahbiskan menjadi ronggeng maupun geisha penuh. Keempat, terdapat pertimbangan religius disepanjang ritual menjadi ronggeng maupun geisha. Kelima, ronggeng maupun geisha diasuh dan dinaungi oleh seniornya. (3) Perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel tersebut adalah dualisme sudut pandang yang dilakukan Ahmad Tohari dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Dia memakai sudut pandang sebagai tokoh pria (Rasus) dan sebagai narator, sedangkan Arthur Golden (pengarang Memoar Seorang Geisha) memakai satu sudut pandang di dalam novelnya, yaitu sebagai tokoh utama wanita (Sayuri). Perbedaan selanjutnya adalah pandangan masyarakat yang disampaikan pengarang ke dalam novel mereka. Ahmad Tohari mampu menyampaikan kebudayaan ronggeng berserta pandangan masyarakat Dukuh Paruk terhadap ronggeng karena hidup di dalam lingkungan ronggeng. Pandangan masyarakat inilah yang tidak digambarkan Arthur Golden di dalam novelnya. Dia lebih menekankan tokoh utama daripada posisi geisha di masyarakat. Perbedaan ini disebabkan karena Ahmad Tohari menulis berdasarkan pengamatannya terhadap ronggeng dan budayanya, sedangkan Arthur Golden menulis mengenai geisha berdasarkan hasil wawancara dengan mantan geisha Jepang.
×
Penulis Utama : Christin Cahyoningrum
Penulis Tambahan : 1.
2.
NIM / NIP : C0209012
Tahun : 2013
Judul : Sikap hidup tokoh wanita dan nilai-nilai budaya dalam trilogi ronggeng dukuh paruk karya ahmad tohari dan memoar seorang geisha karya arthur golden (Sebuah Studi Sastra Bandingan)
Edisi :
Imprint : Surakarta - FSSR - 2013
Program Studi : S-1 Sastra Indonesia
Kolasi :
Sumber : UNS-FSSR Jur. Sastra Indonesia-C.0209012-2013
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dra. Murtini, M.S.
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Sastra dan Seni Rupa
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.