Mbah maridjan, sosok fenomenal (Studi Kearifan Lokal Budaya Jawa di Lereng Gunung Merapi)
Penulis Utama
:
Risang Ardhiyanto
NIM / NIP
:
K4407038
×Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : (1) Kehidupan sosial budaya masyarakat lereng Merapi, (2) Kondisi sosial budaya berpengaruh terhadap pribadi Mbah Maridjan, (3) Pandangan masyarakat terhadap sosok Mbah Maridjan, (4) Kearifan lokal masyarakat lereng Merapi dapat tetap mempertahankan budaya dalam usaha bertahan hidup. Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara dalam meneliti suatu peristiwa pada masa sekarang dengan menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu atau perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Sampel yang digunakan bersifat snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumen. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis data yang meliputireduksi data, penyajian data, verifikasi yang berlangsung secara siklus. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan : (1) Kehidupan sosial budaya yang meliputi gotong-royong, sistem kekerabatan, adat-istiadat serta mata pencaharian sudah menjadi aktivitas sehari-hari yang dilakukan warga di lereng Merapi. Tradisi masih dijaga warga masyarakat lereng Merapi sampai sekarang ini, seperti kenduri, selamatan dan upacara labuhan yang setiap setahun sekali rutin diadakan oleh Kraton Yogyakarta dan warga lereng Merapi. (2). Mbah Maridjan lebih banyak melihat fenomena menggunakan naluri merujuk pada kebiasaan niteni. Keyakinannya tentang ancaman bahaya letusan Gunung Merapi yang hampir tidak pernah merambah Dukuh Kinahrejo memberikan pelajaran niteni bahwa lingkungan alam di sisi selatan Gunung Merapi masih merupakan benteng pertahanan bagi warganya. (3). Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi di mata masyarakat lereng Gunung Merapi merupakan sosok yang bersahaja, berpenampilan sederhana, selalu merendahkan diri meminta maaf kepada setiap orang yang ditemuinya. Beliau juga sosok yang religius, tidak klenik, melainkan muslim yang taat. Jika waktu shalat tiba langsung bergegas ke masjid di samping rumah. Selain itu jika pagi dan sore mencari rumput untuk sapi ternaknya. (4). Warga di lereng Merapi sudah akrab bergaul dengan alam Merapi yang melindungi dirinya. Hal yang paling penting dalam hubungan penduduk lereng Merapi dengan lingkungannya adalah sarana keseimbangan. Penduduk lereng Merapi diajarkan bukan untuk menguasai alam, tetapi bagaimana menyesuaikan dirinya dengan kehidupan alam yang serba gaib dan menitik beratkan bagaimana menjaga keselarasan atau harmoni dengan Merapi. Upaya untuk dapat bertahan hidup dengan lingkungan alam Merapi, diantaranya dengan kegiatan kebudayaan seperti bersih desa, kesenian, serta berbagai upacara selamatan.
×
Penulis Utama
:
Risang Ardhiyanto
Penulis Tambahan
:
1. 2.
NIM / NIP
:
K4407038
Tahun
:
2013
Judul
:
Mbah maridjan, sosok fenomenal (Studi Kearifan Lokal Budaya Jawa di Lereng Gunung Merapi)
Edisi
:
Imprint
:
Surakarta - FKIP - 2013
Program Studi
:
S-1 Pendidikan Sejarah
Kolasi
:
Sumber
:
UNS-FKIP Jur. Pendidikan Sejarah-K.4407038-2013
Kata Kunci
:
Jenis Dokumen
:
Skripsi
ISSN
:
ISBN
:
Link DOI / Jurnal
:
-
Status
:
Public
Pembimbing
:
1. Drs. Djono, M.Pd 2. Dr. Sariyatun, M.Pd.,M.Hum
Penguji
:
Catatan Umum
:
Fakultas
:
Fak. KIP
×
File
:
Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.