Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap Alam Gunung Merapi (Studi Etnografi Tentang Kearifan Lokal Yang Berkembang Di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali)
Penulis Utama
:
M. Nur Budi Prasojo
NIM / NIP
:
S25100800
×Tulisan ini merupakan suatu studi tentang orang-orang yang hidup di lereng Merapi, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia dan mereka berhadapan dengan ancaman bahaya gunung berapi. Studi ini pada intinya didasarkan pada data lapangan dengan metode etnografi di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Tujuan dari penelitia ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui konstruksi sosial masyarakat Desa Tlogolele terhadap alam Gunung Merapi. Teori Konstruksi Sosial Peter Berger dan Thomas Luckmann digunakan untuk menganalisis permasalahan itu. Penelitian ini merupakan studi etnografi yang mengambil lokasi di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Boyolali. Etnografi merupakan salah satu pendekatan dalam metode kualitatif yang berupaya mengugkap pandangan orang terhadap dunianya dan mendemonstrasikannya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana mereka melihat, mendengar, berbicara, dan berpikir. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dan wawancara mendalam. Validitas data dengan triangulasi data, dan teknik analisis data dengan model analisis Spradley. Didasarkan pada teori Konstruksi Sosial tentang Kenyataan dari Berger dan Luckmann, studi ini mencoba untuk mengeksplorasi konstruksi sosial dari orang-orang yang hidup di lereng Merapi. Para penduduk yang tinggal di lereng Merapi membangun suatu sistem kepercayaan religius. Mereka memandang Merapi sebagai sahabat, bukan sebagai suatu ancaman. Mereka mengkonstruksi pengetahuan dan tradisi sebagai suatu kearifan lokal. Di lain pihak, mereka juga menyadari adanya potensi bahaya eruspsi yang juga memengaruhi cara pandang mereka terhadap Merapi. Sebagai suatu kearifan lokal, sistem kepercayaan religius, pengetahuan, dan tradisi tersebut memiliki tempat yang istimewa dalam kehidupan sehari-hari penduduk Tlogolele. Kearifan lokal itu berdasarkan pada suatu konsep budaya Jawa “memayu hayuning bawana”, yang kemudian diaplikasikan dalam berbagai tradisi slametan atau selamatan. Konstruksi kesadaran terhadap potensi bahaya erupsi membuat mereka memilih mengungsi ketika erupsi.
×
Penulis Utama
:
M. Nur Budi Prasojo
Penulis Tambahan
:
1. 2.
NIM / NIP
:
S25100800
Tahun
:
2014
Judul
:
Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap Alam Gunung Merapi (Studi Etnografi Tentang Kearifan Lokal Yang Berkembang Di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali)