Penulis Utama : M.V. Sri Hartini H.S.
NIM / NIP : T110809004
× Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan kategori dan ekspresi linguistik yang ditemukan dalam ranah pertanian komunitas etnik budaya Jawa yang mencerminkan pemikiran kolektif dan kearifan lokal mereka di daerah penelitian Kabupaten Kebumen. 2) Mendeskripsikan persepsi mereka terhadap folklor yang terkait dengan bahasa dan budaya petani sebagai cerminan kearifan lokal mereka. Di samping untuk melestarikan folklor yang menyimpan produk budaya yang dapat merepresentasikan sistem pengetahuan (cognitive system) komunitasnya agar terhindar dari kepunahan. 3) Mendeskripsikan pengungkapan pola pikir, pandangan hidup, pandangan dunia komunitas petani Jawa di daerah penelitian di balik ranah bahasa dan budayanya yang mencerminkan kearifan lokalnya. 4) Menjelaskan karakteristik bahasa dan budaya dalam ranah petani di daerah penelitian sebagai daerah transisi yang berbeda dengan daerah pusat budaya (Solo-Jogja) dan daerah konservative (Banyumas). Dalam beradaptasi dengan lingkungannya, melalui kecerdasan kolektif petani terjadi transformasi mata pencaharian petani ke nelayan terutama yang menempati wilayah yang berdekatan dengan pesisir laut selatan, setelah mengalami proses persebaran penduduk dari waktu ke waktu. Secara teoretis untuk mendasari dalam mencermati kategori dan ekspresi linguistik sebagai cermin kearifan etnik Jawa mengacu konsep etnolinguistik atau linguistik antropologi (anthropological linguistics) yang merupakan ilmu yang mengupas bahasa untuk menemukan konsep budaya sebuah etnik. Dengan menggunakan metode etnografi dengan model etnosain (ethnoscience) maka dapat mengungkapkan pemikiran kolektif masyarakat yang mencerminkan kearifan lokalnya dan memanfaatkan metode linguistik sesuai dengan keperluannya. Wacana kultural dalam ranah bahasa komunitas petani Kebumen dapat disiapkan datanya melalui kegiatan pengumpulan data di lokasi penelitian di Watu Agung (Banyumas) dan di Kabupaten Kebumen. Data dan sumber data penelitian meliputi primer dan sekunder. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Validitas data dengan teknik trianggulasi yang meliputi trianggulasi data, peneliti, metodologi, dan teoretis. Analisis data menggunakan analisis etnosain (analisis domain, taksonomi, dan komponensial). Data empiris dianalisis dan disajikan dengan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini meliputi (1) Pemikiran kolektif komunitas petani terkait kategori ranah pertanian padi gaga, ranah perkebunan, ranah empang sawah, ranah peternakan, ranah obat-obatan tradisional, dan ranah tanaman nonpangan. Pada setiap pemikiran kolektif tersebut terdapat kategori dan ekspresi linguistik dalam bentuk satuan lingual kata, frasa, kalimat, dan wacana. Ekspresi linguistik yang merupakan bentuk ungkapan pemikiran kolektif komunitas petani pada masing-masing ranah mencerminkan kearifan lokal. Kearifan lokal tersebut adalah kearifan lokal kultural (cultural wisdom), kearifan ekonomis (economical wisdom), kearifan astronomi (astronomical wisdom), kearifan sosial (social wisdom), kearifan teknik (technical wisdom). Semua jenis kearifan lokal tersebut merupakan satu kesatuan yang mendukung sebuah kearifan komunitas petani di Kabupaten Kebumen yang khas yaitu menjadi petani subsisten yakni tetap mempertahankan menjadi petani meskipun memiliki banyak pekerjaan sampingan yang lebih menjanjikan secara finasial. (2) Folklor pada komunitas petani dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu folklor lisan yang merupakan bentuk prosa lisan, folklor sebagian lisan yakni dalam bentuk upacara ritual komunitas petani sebagai ekspresi nonverbal yang disertai dengan ungkapan lisan sebagai bentuk ekspresi verbal yaitu mantra, dan folklor bukan lisan yang berbentuk makanan khas, rumah adat yakni omah bandhung, dan jamu tradisional. Melalui analisis folklor tersebut dapat ditemukan berbagai pengaruh yang pernah mempengaruhi lokasi penelitian seperti pengaruh pusat budaya, pengaruh Islam, dan pengaruh Hindu. Kearifan lokal yang menonjol dalam folklor adalah keterbukaan akan pengaruh budaya luar dengan kemampuan beradaptasi sehingga dapat diprediksi hal baru ini akan menjadi kearifan modern bagi komunitas petani di lokasi penelitian. (3) Pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan dunia dapat disimak dari aktivitas budaya mereka, baik verbal maupun nonverbal yang ternyata juga mencerminkan kearifan lokal mereka. Kearifan lokal yang tercermin di dalamnya adalah kerja keras, gotongroyong, kesederhanaan, dan spiritual. Dari beberapa kearifan lokal tersebut pada dasarnya mendukung sebuah kearifan lokal yang khas yaitu menjaga keseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos. (4) Karakteristik budaya petani yang khas dan membedakan dengan daerah konsevatif dan daerah pusat budaya sangat dipengaruhi oleh faktor historis. Karakteristik dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu karakteristik pertanian (meliputi resistensi pertanian, inovasi pertanian, dan substitusi pertanian), karakteristik budaya ( terungkap dalam bentuk ekspresi verbal dan nonverbal berupa simbul), dan karakteristik kebahasaan yang terkait dengan dunia pertanian sebagai daerah transisi dan peralihan sehingga ditemukan bentuk dialek dan perubahan semantik secara diakronis (semantic change). Perubahan semantik (semantics change) tersebut meliputi perubahan meluas (widening semantic change) dan perubahan menyempit (narrowing semantic change). Kesimpulannya dari penelitian ini adalah; 1) Kajian etnolinguistik di lokasi penelitian memperlihatkan karakteristik temuan berupa sejumlah kearifan lokal original komunitas petani Jawa daerah transisi yang relevan dengan kategori dan ekspresi linguistik penuturnya. Seperti ekspresi yang memperlihatkan pandangan dunia, pandangan hidup, dan pola pikir masyarakatnya, 2) Kearifan lokal yang bersifat adaptasi ditemukan dalam folklor yang berbeda jenis dari kearifan yang bersifat original, 3) Kearifan lokal yang tercermin dalam pandangan dunia, pandangan hidup, dan pola pikir masyarakat daerah transisi yang berbahasa Jawa “dialek Badhek” seperti tercermin dalam kategori dan ekspresi penutur bahasanya dapat diamati melalui unit-unit lingual berwujud leksikon, rangkaian kata (frasa), klausa, kalimat, dan wacana. Aneka unit lingual yang berupa perilaku verbal yang diungkapkan dalam bahasa komunitas petani meliputi bukan saja ranah pertanian tetapi juga ranah perkebunan, obat-obatan, aktivitas membuat empang sawah, dan peternakan, 4) Karakteristik daerah transisi dari sudut bahasa memperlihatkan kekhasan yang dikenal sebagai “dialek Bhadek” oleh komunitas petani Kabupaten Kebumen. Penutur bahasa dari ranah pertanian memperlihatkan berbedaan yang signifikan dengan daerah periferal dan daerah pusat budaya. Selain itu dari sisi budayanya tampak pula karakteristik yang berbeda antara budaya daerah transisi yang cenderung mengalami transformasi dari daerah periferal tanpa bebas dari inovasi eksternal daerah pusat budaya Jawa.
×
Penulis Utama : M.V. Sri Hartini H.S.
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T110809004
Tahun : 2014
Judul : Kategori Dan Ekspresi Linguistik Sebagai Cermin Kearifan Lokal Etnik Jawa Di Kabupaten Kebumen Kajian Etnolinguistik Komunitas Petani
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2014
Program Studi : S-3 Linguistik (Deskriptif)
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prodi. Linguistik-T110809004-2014
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. D. Edi Subroto
2. Dr. Inyo Yoz Fernandez
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.