Penulis Utama : Dede Suprayitno
NIM / NIP : D0210024
× Militer menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa. Militer bertugas menjaga keamanan negara dari ancaman internal maupun eksternal. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, militer berperan penting dalam menghadapi pemberontakan Gerakan 30 September. Kini, wacana militer di masa lalu itu kembali muncul dalam pemberitaan majalah Tempo edisi Liputan Khusus Pengakuan Algojo 1965. Fokus penelitian ini untuk melihat bagaimana citra militer itu dihadirkan kembali lewat pemberitaan majalah Tempo. Selain itu, juga mengkaji faktor faktor apa saja yang melatarbelakangi proses produksi berita tersebut hingga dikonsumsi oleh publik. Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan pisau analisis wacana milik Teun A. Van Dijk yang terdiri dari t iga pilar utama, yakni analisis level teks, analisis level kognisi sosial (wartawan), dan analisis level konteks sosial. Dalam analisis level teks, peneliti menggunakan enam elemen analisis teks yang terdiri dari elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Dalam analisis level kognisi sosial (wartawan) peneliti melakukan indept interview pada pihak terkait untuk mendapatkan informasi kerangka berpikir wartawan. Sedangkan dalam analisis level konteks sosial, peneliti melakukan studi literatur mengenai kondisi sosial politik militer di Indonesia dalam beberapa periode. Setelah melakukan analisis level teks, diperoleh kesimpulan bahwa sosok militer berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembantaian massa PKI. Citra militer didominasi sebagai sosok superior, pemegang otoritas serta hadir dengan sifat kejam. Di satu sisi, juga menghadirkan militer sebagai pihak yang baik. Sedangkan pada level kognisi sosial (wartawan) diperoleh kesimpulan bahwa teks berita diproduksi sebagai upaya mewujudkan keadilan sosial. Hal ini berdasarkan munculnya fenomena diskriminasi terhadap korban maupun keluarga korban PKI pascaperistiwa pemberontakan 1965. Selain itu, pemberitaan tersebut juga mengusung upaya rekonsiliasi antara pelaku dan korban di Indonesia. Pada level konteks sosial diperoleh kesimpulan bahwa power (kekuasaan) dan akses menentukan bagaimana citra militer itu dibentuk. Pada era Orde Baru, militer mendapatkan tempat yang istimewa diantaranya dengan dikeluarkannya kebijakan Dwifungsi ABRI. Namun di era reformasi, kebijakan Dwifungsi ABRI dicabut dan akhirnya mengubah peta sosial politik ABRI di Indonesia.
×
Penulis Utama : Dede Suprayitno
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : D0210024
Tahun : 2014
Judul : Representasi Citra Militer dalam Pemberitaan Majalah Tempo (Analisis Wacana Citra Militer Pada Pemberitaan Majalah Tempo Liputan Khusus Pengakuan Algojo 1965 Edisi 1-7 Oktober 2012)
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. ISIP - 2014
Program Studi : S-1 Ilmu Komunikasi
Kolasi :
Sumber : UNS-F.ISIP Jur Ilmu Komunikasi-D0210024-2014
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. ISIP
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.