Penulis Utama : Mahitala Rasis Nuraga
NIM / NIP : I0110074
×

Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), dan Analisis Break Even Point (BEP) Bus Batik Solo Trans (Studi Kasus: Koridor 7), Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tarif sangat berpengaruh terhadap kelangsungan operasi angkutan umum karena dapat mengakomodasi kepentingan penumpang selaku konsumen dan pengelola angkutan umum. Angkutan bus Batik Solo Trans merupakan angkutan bus kota yang saat ini sedang digalakkan pengoperasiaannya. Bus Batik Solo Trans ini diharapkan dapat menjadi idaman angkutan bus kota di daerah Surakarta. Hasil survei jumlah penumpang pada koridor 7 didapat rata-rata penumpang/bus/hari, yaitu 238 penumpang (hari kerja) dan 129 penumpang (hari libur). Data didapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan bus Batik Solo Trans koridor 7 dan wawancara dengan awak bus Batik Solo Trans koridor 7, kemudian data di analisis untuk mengetahui besarnya Biaya Operasional Kendaraan (BOK) berdasarkan 3 metode (Dishub, DLLAJ, FSTPT) dan mengetahui daya beli penumpang dari kemampuan (Ability To Pay) dan kemauan (Willingness To Pay) untuk membayar tarif bus kota, serta analisis nilai Break Even Point (BEP). Hasil analisis data menunjukkan tarif berdasarkan BOK menurut metode Dishub Rp 1.069,07; metode DLLAJ Rp 1.069,07; metode FSTPT Rp 810,77 dengan kondisi sistem setoran, terdapat kenaikan sebesar 312,63% pada kondisi sistem normal. Berdasarkan ATP sebesar Rp 2.841,92 untuk kategori umum dan Rp 1.965,83 untuk kategori pelajar. Besarnya nilai WTP sebesar Rp 2.859,56 untuk kategori umum dan Rp 1.428,57 untuk kategori pelajar. Nilai BEP berdasarkan load factor pada hari kerja sebesar 21,11% dan pada hari libur sebesar 15,83% kondisi sistem setoran, terdapat selisih sebesar 1,65% lebih besar pada kondisi sistem normal. Jumlah armada yang dibutuhkan untuk mencapai BEP pada kondisi sistem setoran adalah sebesar 9 armada hari kerja maupun hari libur dengan waktu impas/balik modal selama 3,73 tahun. Sedangkan, pada sistem normal membutuhkan armada sebesar 7 armada pada hari kerja dan 4 armada hari libur dengan waktu untuk impas/balik modal selama 1,004 tahun. Tarif yang berlaku saat ini lebih besar daripada tarif berdasarkan BOK, ATP dan WTP. Meningkatkan load factor tidak hanya dengan menurunkan upah, akan tetapi diperlukan adanya evaluasi tarif dari pemerintah yang sesuai dengan BOK, kemampuan dan kemauan penumpang serta berinovasi dalam memberikan kebijakan dan perbaikan pelayanan serta fasilitas angkutan umum agar masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan angkutan umum sebagai moda transportasi utama. Kata kunci : Tarif, Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), Break Even Point (BEP)

×
Penulis Utama : Mahitala Rasis Nuraga
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : I0110074
Tahun : 2014
Judul : Evaluasi Tarif Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTO), dan Analisis Break Even Point (BEP) Bus Batik Solo Trans (BST) (Studi Kasus : Koridor 7)
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. Teknik - 2014
Program Studi : S-1 Teknik Sipil
Kolasi :
Sumber : UNS - F. Teknik Jur. Teknik Sipil - I0110074 - 2014
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. S.J. Legowo, S.T., M.T
2. AMirotul MHM, S.T., M.Sc
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Teknik
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.