Kemajuan teknologi pembuatan zat warna sintetis menyebabkan pemakaianzat warna alami semakin lemah bahkan akan lenyap dengan sendirinya. Terdapatsejumlah permasalahan yang terjadi dalam dunia batik berkaitan denganpenggunaan zat warna sintetis. Selain sebagai salah satu penyebab pencemaranlingkungan, penggunaan zat warna sintetis juga dapat menyebabkan kanker. Olehkarena itu, zat warna alami dalam proses pewarnaan batik menjadi salah satusolusi sebagai zat warna yang ramah lingkungan.Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 21% dari luas totalglobal yang tersebar hampir di seluruh pulau – pulau besar mulai Sumatera, Jawa,Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua. Famili Rhizophoraceae merupakan salahsatu famili tumbuhan yang sebagian besar tumbuh di daerah pesisir pulau – pulaudi Indonesia. Rhizophora stylosa termasuk Famili Rhizophoraceae. Kandunganbuah mangrove jenis Rhizophora stylosa yang dimanfaatkan untuk zat warna yaitutanin.Metode yang digunakan untuk mendapatkan zat warna alami adalah ekstraksisecara batch. Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan bahan baku dan pelarut1:5, 1:7, dan 1:10. Hasil ekstrak terbaik diperoleh dengan perbandingan 1:10.Pencelupan zat warna alami dilakukan dalam bentuk ekstrak. Pencelupan kaindilakukan sebanyak 15 kali dengan masing-masing perendaman selama 15 menitdan dikeringkan. Setelah itu dilakukan fiksasi (penguncian warna) pada batik.Fixer yang digunakan adalah tunjung (mengubah warna pada batik menjadi lebihgelap), tawas (mempertahankan warna pada batik), kapur (mengubah warna padabatik menjadi lebih tua), jeruk nipis (mengubah warna pada batik menjadi lebihmuda), dan gula jawa (mengubah warna pada batik menjadi lebih tua) .Kain mori primisima yang belum dicap batik dan telah difiksasi dilakukanpengujian kelunturan terhadap cucian dengan launderometer dan terhadapgosokan dengan crockmeter. Hasil pengujian dianalisa dengan staining scale(skala penodaan) dan gray scale (skala abu-abu). Pengujian dengan skalapenodaan dibagi menjadi 2 yaitu dengan gosokan basah dan gosokan kering. Darihasil pengujian gosokan basah dan kering, diperoleh hasil terbaik denganperbandingan 1:10 menggunakan fixer jeruk nipis . Sedangkan pada skala abu-abudiperoleh hasil terbaik dengan fixer kapur.Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian ekstrak optimum terhadap kainbatik adalah perbandingan 1:10 dengan 15 kali pencelupan. Hasil ketahananluntur terbaik terhadap gosokan mengunakan fixer jeruk nipis dan cucianmenggunakan fixer tawas.