×
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) karakteristik miskonsepsi yang terjadi pada siswa, dan (2) penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang menerima materi pokok Persamaan Lingkaran dan Persamaan Garis Singgung Lingkaran, ditinjau dari kesiapan belajar siswa dan gaya berpikir siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta pada semester ganjil yaitu bulan Juli sampai dengan Desember tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Populasinya adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampel bertujuan (purposive sampling) dan snowball sampling. Sampel yang terpilih adalah siswa SMA Negeri 3 Surakarta dimana siswa tersebut telah mendapatkan pelajaran Persamaan Lingkaran dan Persamaan Garis Singgung Lingkaran. Sampel tersebut adalah : tiga siswa yang mengalami miskonsepsi, siap belajar dan memiliki gaya berpikir sintetik, tiga siswa yang mengalami miskonsepsi, siap belajar dan memiliki gaya berpikir analitik, tiga siswa yang mengalami miskonsepsi, tidak siap belajar dan memiliki gaya berpikir sintetik, dan tiga siswa yang mengalami miskonsepsi, tidak siap belajar dan memiliki gaya berpikir analitik. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode angket, metode tes dan metode wawancara. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu siswa – siswa diberi angket untuk kualifikasi kesiapan belajar dan gaya berpikirnya, kemudian dilakukan tes terhadap siswa untuk memilahkan siswa – siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak mengalami miskonsepsi. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap siswa yang mengalami miskonsepsi, dan membandingkan hasil wawancara dengan hasil tes untuk menentukan validitas data.
Berdasarkan analisis data dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) siswa yang siap belajar dengan gaya berpikir sintetik dalam memahami kedudukan suatu titik terhadap lingkaran dan menentukan persamaan garis singgung lingkaran mengalami miskonsepsi secara Konsep Teoritikal. Sedangkan untuk menentukan persamaan lingkaran siswa yang siap belajar dengan gaya berpikir sintetik secara umum tidak mengalami miskonsepsi. (2) Siswa yang siap belajar dengan gaya berpikir analitik dalam menentukan persamaan lingkaran (menentukan titik pusat dan jari – jari lingkaran) mengalami miskonsepsi secara Konsep Korelasional. Dalam memahami kedudukan suatu titik terhadap lingkaran dan menentukan persamaan garis singgung lingkaran siswa yang siap belajar dengan gaya berpikir analitik mengalami miskonsepsi secara Konsep Teoritikal. (3) Siswa yang tidak siap belajar dengan gaya berpikir sintetik mengalami miskonsepsi dalam menentukan persamaan lingkaran (menentukan titik pusat dan jari – jari lingkaran) yaitu miskonsepsi secara Konsep Korelasional dan Konsep Teoritikal. Dalam menentukan persamaan garis singgung lingkaran siswa yang tidak siap belajar dengan gaya berpikir sintetik mengalami miskonsepsi secara Konsep Teoritikal. Sedangkan dalam memahami kedudukan suatu titik terhadap lingkaran secara umum siswa yang tidak siap belajar dengan gaya berpikir sintetik tidak mengalami miskonsepsi (4) Siswa yang tidak siap belajar dengan gaya berpikir analitik mengalami miskonsepsi dalam menentukan persamaan lingkaran (menentukan titik pusat dan jari – jari lingkaran) yaitu miskonsepsi secara Konsep Korelasional dan Konsep Teoritikal. Dalam menentukan kedudukan suatu titik terhadap lingkaran dan menentukan persamaan garis singgung lingkaran siswa yang tidak siap belajar dengan gaya berpikir analitik mengalami miskonsepsi secara Konsep Teoritikal. (5) secara umum yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa adalah kesulitan siswa dalam mengklasifikasikan bentuk – bentuk persamaan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran.
Kata Kunci : Miskonsepsi, Kesiapan Belajar Siswa, dan Gaya Berpikir Sisw