×
Dukuh Sukunan menjadi pelopor program pengelolaan sampah mandiri rumah tangga yang dirintis mulai dari tahun 2002 dan akhirnya mendapatkan pengukuhan dari pemerintah dengan dicanangkan sebagai desa wisata lingkungan tahun 2009. Keberhasilan warga Dukuh Sukunan dalam mengkomunikasikan inovasi sehingga menciptakan pembaruan inilah yang menarik untuk dilihat lebih dekat. Bagaimana warganya mengelola komunikasi dan jaringan sehingga berhasil mengubah kebiasaan warga yang tidak baik menjadi kebiasaan yang ramah lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pola komunikasi warga dalam tahapan proses pengambilan keputusan inovasi pengelolaan sampah mandiri rumah tangga di Dukuh Sukunan serta faktor-faktor pendorong dan penghambatnya.
Penelitian menggunakan teori difusi adopsi inovasi, serta tahapan pengambilan keputusan oleh Everett M. Rogers dan teori komunikasi interpersonal dan teori komunikasi kelompok. Tahapan keputusan inovasi terdiri dari (1) tahap pengetahuan (2) tahap persuasi (3) tahap pengambilan keputusan (4) tahap implementasi, dan (5) tahap konfirmasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua pola komunikasi warga dalam proses adopsi inovasi pengelolaan sampah mandiri rumah tangga yaitu pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi kelompok. Komunikasi massa tidak berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi sampah mandiri rumah tangga. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian pesan dengan kebutuhan informasi seputar pengelolaan sampah dan seringkali pengaksesan media massa hanya untuk hiburan dan mengetahui peristiwa terkini. Komunikasi interpersonal terjadi dalam bentuk percakapan sehari-hari dalam kegiatan hajatan, rewangan, jagongan, dan saat silaturahmi. Sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam kelompok formal dan kelompok informal. Kelompok formal adalah kelompok pertemuan RT/RW, PKK, Paguyuban BERSEMI. Kelompok informal adalah kelompok ketetanggaan dan kelompok ronda. Terjadi loncatan dalam tahapan pengambilan keputusan inovasi di Sukunan yaitu (1) tahap implementasi, (2) tahap pengetahuan, (3) tahap persuasi, (4) tahap pengambilan keputusan, dan (5) tahap konfirmasi. Faktor pendorongnya adalah (1) komunikator (inovator yang mumpuni), (2) Permasalahan sampah ini muncul dari warga sendiri sehingga mereka merasa memiliki dan dekat dengan permasalahan yang muncul ini. Oleh karena itu pesan yang sampai kepada mereka ini mudah mereka terima, (3) Saluran komunikasi interpersonal dan saluran komunikasi kelompok menjadi faktor pendorong yang kuat karena bentuk-bentuk komunikasi ini paling sering dilakukan oleh warga dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan (4) komunikan: warga memiliki latar belakang pendidikan dan ekonomi yang kebanyakan adalah golongan menengah ke bawah. Mereka cenderung gampang meniru dan melakukan apa yang disarankan kepada mereka jika mereka melihat hal itu baik. Sedangkan faktor penghambatnya adalah (1) kurangnya kesadaran diri warga, (2) kesulitan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana, dan (3) letak geografis Dukuh Sukunan.
Kata Kunci: pola komunikasi, difusi inovasi, pengelolaan sampah mandiri, proses pengambilan keputusan