×
ABSTRAK
Iklan merupakan suatu pesan yang menawarkan produk, jasa maupun ide yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media. Iklan dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk komunikasi massa, karena salah satu media yang digunakan dalam beriklan adalah dengan media massa. Dewasa ini iklan telah menjadi bagian dalam komunikasi politik, terutama pada saat masa kampanye atau menjelang masa kampanye. Iklan politik merupakan salah satu bentuk periklanan nonkomersial. Iklan politik menekankan pada periklanan citra, yaitu himbauan yang ditujukan untuk membina reputasi pejabat pemerintah atau yang menghendaki menjadi pejabat pemerintah.
Penelitian ini mencoba menggali tanda-tanda yang dapat merepresentasikan citra Jokowi-JK dalam iklan politik televisi selama masa kampanye pemilu presiden dan wakil presiden periode Mei-Juli 2014. Penelitian ini mengambil sample iklan politik televisi Jokowi-JK yang terdiri dari empat versi yaitu “Siapkah Kita”, “Wujudkan Mimpi”, “Dukungan Artis Ibu Kota”, dan “Rekening Gotong Royong”, menggunakan model analisis semiotik Charles Sanders Peirce. Peirce memiliki tiga tingkatan analisis, yaitu analisis tekstual (ikon, indeks, simbol), interpretasi tekstual (pemaknaan), dan intertekstual.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandidat capres-cawapres Jokowi-JK membawa politik budaya populer yang diinterpretasikan dengan citra yang ingin dibangun Jokowi-JK, yaitu sederhana, bersahaja, jujur dan merakyat. Citra yang ditampilkan dalam iklan politik Jokowi-JK tidak sepenuhnya sesuai dengan realitas yang terjadi setelah Jokowi-JK menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Kata kunci: citra, iklan politik, semiotika, Peirce, interpretasi.
ABSTRACT
Advertising is a message that offers products, services, and ideas which addressed to the public through the media. Ads can categorized as a form of mass communication, as one of the media used in advertising is the mass media. Today, advertising has become part of the political communication, especially during the campaign period or before the campaign period. Political advertising is a form of non-commercial advertising. Political advertising emphasis on image advertising, which is appeal aimed at fostering the reputation of government officials or which wants become government official.
This study tried to explore signs that can represent image of Jokowi-JK in television political advertising during the election campaign for president and vice president from May to July 2014. This study took a sample of television political advertisements of Jokowi-JK that consist of four versions of "Siapkah Kita", "Wujudkan Mimpi", "Dukungan Artis Ibu Kota", and "Rekening Gotong Royong", using the model of semiotic analysis of Charles Sanders Peirce. Peirce has three levels of analysis, namely textual analysis (icon, index, and symbol), textual interpretation (meaning), and intertextuality.
The results of this study indicated that the vice-presidential candidate Jokowi-JK bring politics of popular culture that interpreted the image you want built Jokowi-JK, which is simple, unpretentious, honest, and populist. The image displayed in political advertising Jokowi-JK doesn’t fully comply with the reality of what happened after Jokowi-JK served as President and Vice President.
Keywords: image, political advertising, semiotics, peirce, interpretation.