×
ABSTRAKSI
Latar Belakang: Wayang adalah tontonan yang sangat populer di Jawa dahulu hingga sekarang. Salah satu tokoh wayang yaitu Arjuna menjadi idola Orang Jawa karena merupakan representasi karakter pria ideal. Popularitas tokoh wayang Arjuna diduga berkaitan dengan diskursus yang dibangun para penguasa Jawa dinasti Mataram untuk mendapatkan hegemoni legitimasi kekuasaanya. Dugaan itu atas dasar adanya wacana tentang kultus dan mitologi Arjuna sebagai leluhur Raja-Raja Mataram dalam Babad Tanah Jawi yang di susun zaman Sultan Agung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kejelasan dipilihnya Arjuna sebagai media diskursus, proses dibangunnya diskursus itu, serta implikasi-implikasinya bagi masyarakat Jawa.
Metode: Jenis penelitian ini adalah kualitatif interpretatif yang menekankan analisis pengungkapan nilai-nilai di balik relasi-relasi hubungan data material yang ada. Pendekatan hermeneutik berfungsi mengarahkan terhadap filosofi interpretasi sejarah terjadinya diskursus Arjuna zaman Sultan Agung yang masih berimplikasi terhadap budaya jawa sekarang.
Hasil: Pertama pemilihan Arjuna sebagai tokoh yang diwacanakan oleh Sultan Agung dengan pertimbangan bahwa Arjuna dipercaya membawa magi kemenangan perang. Sebagai tokoh mitologi, Arjuna dianggap leluhur yang akan mewariskan wahyu keraton, dan sebagai tokoh anutan, Arjuna adalah representasi ideologi kekuasaan Sultan Agung. Kedua, diskursus Arjuna dibangun dengan cara desentralisasi dan pluralisasi power knowledge (kuasa pengetahuan) bagi setiap individu di Mataram. Ketiga, implikasi diskurus Arjuna dalam masyarakat Jawa adalah diterimanya secara totalitas pengetahuan tentang Arjuna baik secara individu-individu maupun inter-individu, menjadi sebuah pola pikir, perilaku, serta identitas yang disebut dengan istilah episteme era Mataram.
Kesimpulan: Diskursus tokoh Arjuna di Jawa adalah upaya Sultan Agung mendapatkan legitimasi kekuasaan di tengah-tengah usahanya mendapatkan dukungan dari daerah-daerah bawahan bekas jajahan Pajang, yang ketika itu banyak yang membangkang.
Kata Kunci: diskursus, ideologi, hegemoni, legitimasi, dan episteme.
ABSTRACT
Background: Puppet is a popular show in Java until nowadays. One of the puppet characters is Arjuna, that has been idolized by most Javanese people because of its representation of character of an ideal man. Its popularity is presumably related to the discourse constructed by the Javanese potentate in Mataram dynasty to gain the hegemony of its authority legitimation. The presumption is based on the discourse about cult and mythology of Arjuna as the ancestor Kings of Mataram in Babad Tanah Jawi arranged in Sultan Agung era. The objectives of this research is to reveal the clarity about choosing Arjuna as the discourse media, the process of how the discourse constructed, and the implications toward Javanese people.
Method: It is a qualitative interpretative research which is emphasized in disclosure analysis of values behind relations of the existing material data. The approach of hermeneutic is used to lead to the historical interpretation philosophy of the occurrence of the discourse on Arjuna in the era of Sultan Agung which has implied in the Javanese culture until now. Result: First, the choosing of Arjuna as the evoked discourse figure by Sultan Agung considering that Arjuna is believed that can bring the magi of victory in a war. As a mythology figure, Arjuna is considered as the ancestor who bequeath the palace revelation, and as the role figure, Arjuna represents the authority ideology of Sultan Agung. Second, the discourse of Arjuna constructed in the way of decentralization and pluralization of the power knowledge for each individual in Mataram. Third, the implication of Arjuna discourse in the
Javanese society is that totally accepted, the knowledge about Arjuna individually or inter- individually, it becomes a role of thought, attitude, and identity which is called episteme of Mataram era.
Conclusion: The discourse of Arjuna in Java is an effort of Sultan Agung to get the authority of legitimation besides his trying in gaining support from the colony of Pajang where there was a lot of insubordination from.
Keyword:discourse, ideology, hegemony, legitimation and episteme