Masyarakat mendambakan pelayanan kesehatan bermutu yang dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap peduli kepada pasien, menolong dengan sukarela serta melakukan pekerjaan tambahan tanpa menghiraukan permasalahan pribadi, sehingga perilaku pelayanan sukarela tersebut disebut dengan istilah perilaku prososial. Empati menjadi salah satu faktor munculnya perilaku prososial. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan perasaan orang lain meskipun tidak perlu merasakan emosi yang sama. Di dalam suatu organisasi, gaya kepemimpinan melayani (servant leadership) memiliki kemampuan istimewa yaitu menjadi inspirasi bagi bawahan atau karyawan dalam pembentukan perilaku prososial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan melayani dan empati dengan perilaku prososial, mengetahui hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan melayani dengan perilaku prososial, empati dengan perilaku prososial pada karyawan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Bantarbolang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 karyawan. Skala yang digunakan adalah skala perilaku prososial berdasarkan aspek dari Mussen dengan reliabilitas 0,751, skala gaya kepemimpinan melayani berdasarkan aspek dari Liden dengan reliabilitas 0,831, dan skala empati berdasarkan aspek empati dari Batson dan Coke dengan reliabilitas 0,787. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan melayani dan empati dengan perilaku prososial pada karyawan Puskesmas Bantarbolang dengan koefisien korelasi sebesar R= 0,770; p= 0,000 (p<0,05). R square yang diperoleh bernilai 0,592 dengan arti sumbangan variabel persepsi gaya kepemimpinan melayani dan empati atas perilaku prososial adalah sebesar 59,2%.
Kata kunci: perilaku prososial, persepsi gaya kepemimpinan melayani, empati