×
INTISARI
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang membutuhkan waktu lama sekitar 6-9 bulan. Hal ini berisiko menimbulkan kegagalan terapi. Kegagalan terapi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu paduan obat yang diberikan tidak adekuat dalam dosis, jenis dan waktu pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketidaksesuaian dosis terhadap kegagalan terapi tuberkulosis di BBKPM Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian non experimental dengan rancangan kasus kontrol dan pengambilan data secara retrospektif, yang kemudian hasilnya dianalisis secara statistik. Populasi penelitian adalah semua pasien tuberkulosis paru yang mendapat OAT kategori 1 dan 2. Subyek penelitian terdiri dari kelompok kontrol (tuberkulosis sembuh) sebanyak 33 pasien dan kelompok kasus (tuberkulosis gagal) sebanyak 33 pasien. Kasus adalah penderita TB Paru yang telah mendapatkan pengobatan lengkap tetapi hasil pemeriksaan laboratorium pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan menunjukkan BTA (+). Kontrol adalah penderita tuberkulosis paru pada akhir pengobatan menunjukkan hasil BTA (-).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah dosis berlebih pada kelompok kontrol sebanyak 80 (12.08%) sedangkan pada kelompok kasus sebanyak 92 (13.86%) dan 0 kasus (0%) pada frekuensi tinggi dari total pengobatan yang ada. Masalah subdosis pada kelompok kontrol sebanyak 16 (2.42%) sedangkan pada kelompok kasus sebanyak 17 (2.56%) dan dan 0 kasus (0%) pada frekuensi rendah dari total pengobatan yang ada. Ketidaksesuaian dosis berpengaruh terhadap kegagalan terapi TB dengan nilai OR 1.138.
Kata kunci: Tuberkulosis gagal, dosis berlebih, subdosis, OAT.
ABSTRACT
Tuberculosis is a contagion caused by bacteria called Mycobacterium tuberculosis. The process takes a long time about 6-9 months, it causes therapy failure. Tuberculosis therapy failure caused by dose inappropriate and treatment time. The study aimed to know about the influence of dose inaccuracy against pulmonary tuberculosis therapy failure at BBKPM Surakarta.
The research was non-experimental with case control design and retrospective data retrieval, then the results were analysed statistically. The research population was all pulmonary tuberculosis patients who have received anti tuberculosis drug category 1 and 2. The subject of this research consisted of the control group (healed tuberculosis) was 33 patient and case group (failed tuberculosis) is 33 patient. Case were pulmonary tuberculosis sufferers that have already received the complete treatment but laboratory test result showed BTA (+) on one month before the end of the treatment. Control were pulmonary tuberculosis sufferers showed result BTA (-) at the end of the treatment.
The result of research showed the excessive dose problem occurred in control group was 80 (12.08 %), while the case group was 92 ( 13.86 % ), and both had zero case (0%) in high frequency dose of the total existing treatment. Sub dose problem occured in the control group was 16 (2.42%), while the case group was 17 (2.56%) and both have zero case (0%) in low frequency dose of the total existing treatment. Dose inappropriate influented on the tuberculosis therapy failure with OR 1,138.
Keyword: pulmonary tuberculosis failure, excessive dose and subdose, anti-tuberculosis drug