Fenomena kekerasan yang terus berulang dan ancaman hukuman mati yangmenimpa TKI menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat Indonesia serta banyakmenarik perhatian media karena dari sisi berita memiliki nilai berita yang tinggi.Terlebih belum lama berselang nasib pilu Satinah binti Jumadi, warga Ungaran, JawaTengah yang terancam hukuman mati di Arab Saudi kembali mencuat. Ia dinyatakanbersalah atas pembunuhan majikannya dan pencurian uang pada Juni 2007.Pemberitaan mengenai Satinah yang terancam hukuman mati menjadi topikhangat selama beberapa minggu di media massa dan disajikan dalam berbagai sudutpandang. Akan tetapi, menurut Pemerhati TKI Noryati Solapri, selama ini mediamassa hanya memberitakan TKI dari segi permasalahan yang mereka hadapi saja,tetapi yang berprestasi kurang diberitakan. Sedangkan menurut PemerhatiKetenagakerjaan Shobichatul Aminah, berita kasus hukuman mati seolah diberitakansebagai kasus penganiayaan daripada proses hukum.Kompas sebagai salah satu surat kabar bersegmentasi nasional memiliki gayapenulisan yang berbeda dengan media lain. Bahasa yang digunakan cenderung rapidan tidak meletup-letup. Berita yang dimuat merupakan hasil penggodokan yangdiupayakan berimbang. Sedangkan Media Indonesia dikenal sebagai surat kabar yangkritis, bersikap tegas dan jelas menantang pemerintah. Selama dua bulan, ditemukan 3berita pada Kompas dan 9 berita pada Media Indonesia terkait kasus Satinah.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana apa sajayang disajikan dan melihat bagaimana Harian Kompas dan Media Indonesiamengkonstruksi serta memberitakan pembebasan Satinah dari hukuman mati. Kajiandifokuskan pada teks berita terkait upaya pembebasan Satinah dari hukuman matiperiode 1 Maret – 30 April 2014.Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang menggunakan metode analisiswacana Teun van Dijk. Dengan analisis wacana, peneliti akan melihat bagaimanawacana pembebasan Satinah dari hukuman mati dikonstruksi dan disajikan pada teksberita di Harian Kompas serta Media Indonesia melalui analisis dimensi teks.Penelitian ini berujung pada kesimpulan bahwa baik Kompas maupun MediaIndonesia dalam memberitakan pembebasan Satinah dari hukuman mati diberitakansebagai kasus penganiayaan dan kritik terhadap pemerintah daripada sebuah proseshukum. Satinah pun dijadikan objek eksplotasi. Meskipun dalam pemberitaannya,bahasa yang digunakan Kompas lebih halus dan Media Indonesia lebih berani.Kompas secara eksplisit menunjukkan keberpihakannya kepada pemerintah, akantetapi secara implisit juga menunjukkan kritik yang tajam terhadap pemerintah danMedia Indonesia secara jelas menunjukkan kritiknya terhadap sikap pemerintahdengan menghadirkan hal tersebut dalam berita yang lebih intensif jika dibandingkanKompas ataupun surat kabar bersegmentasi nasional lainnya.Kata kunci: analisis wacana, berita, konstruksi realitas, TKI, hukuman mati