Abstrak |
: |
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang dapat meningkatkan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika siswa kelas X SMK Taruna Farma jaten Karanganyar, mengetahui peningkatan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika setelah diterapkan model Problem Based Learning dan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang dapat meningkatkan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data pelaksanaan proses pembelajaran dan data keaktifan belajar siswa yang diukur dari 3 indikator, yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, dan kegiatan menulis. Data pelaksanaan proses pembelajaran dan data keaktifan belajar siswa diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Validitas data diuji menggunakan teknik triangulasi sumber. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah rata-rata persentase keaktifan siswa adalah 75% dan dilihat dari ratarata keaktifan dalam kegiatan visual, lisan dan menulis setidaknya adalah 70% yang diperoleh dari rata-rata indikator keaktifan belajar pada akhir siklus. Selanjutnya dari peningkatan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika diharapkan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu banyaknya siswa yang tuntas minimal 75% dengan Kriterian Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75 dan dengan rata-rata nilai siswa lebih dari 75 yang diperoleh dari ratarata indikator keaktifan belajar pada akhir siklus. Prosedur penelitian meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Hasil penelitian menyimpulkan langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran matematika adalah : Pada kegiatan awal, sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu mengelompokkan siswa secara heterogen. Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apresepsi, menyodorkan masalah dan memotifasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Pada kegiatan ini, guru membagikan LKK kepada siswa. Selanjutnya guru memberikan sedikit penjelasan tentang masalah pada dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang penjelasan masalah yang telah disampaikan. Kemudian siswa diberikan waktu berdiskusi dan membantu siswa dalam mengorganisasikan anggota kelompoknya untuk membagi tugas dalam memecahkan masalah. Guru memantau jalannya diskusi dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan soal tersebut. Setelah itu duru membimbing siswa untuk mencari informasi yang sesuai agar memperoleh kejelasan dalam memecahkan masalah. Selanjutnya guru meminta beberapa kelompok yang sudah selesai mengerjakan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Guru menyuruh semua siswa untuk meninggalkan segala aktifitas kelompoknya dan hanya fokus pada kelompok yang sedang presentasi. Kemudian guru memberikan motivasi terutama kepada siswa yang tidak maju ke depan untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Guru bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil pekerjaan siswa di papan tulis. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari pada hari itu guru memberikan kuis di setiap akhir pembelajaran. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Berdasarkan hasil obsevasi, presentase rata-rata keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika pada pra siklus sebesar 55,32%, pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 19,22% menjadi 74,54% dengan dengan presentase rata-rata kegiatan visual sebesar 79,86%, lisan sebesar 60,42%, dan menulis sebesar 84,03%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,64% menjadi 82,18% dengan presentase rata-rata kegiatan visual sebesar 85,42%, lisan sebesar 70,83%, dan menulis sebesar 90,28%. Sedangkan dari hasil tes, presentase siswa yang tuntas pada pra siklus adalah 13,89% dengan nilai rata-rata siswa 51,81, pada siklus I presentase siswa yang tuntas adalah 44,44% dengan nilai rata-rata siswa 62,08 dan pada siklus II presentase siswa yang tuntas adalah 86,11% dengan nilai ratarata siswa 80,14. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Taruna Farma Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015. Kata kunci : Problem Based Learning, keaktifan, prestasi belajar. |