Penulis Utama : Fika Lilik Indrawati
NIM / NIP : S021308034
×

ABSTRAK
Background: Negative stigma is attached to transvestites where they are seen as a source to spread STIs and HIV/AIDS virus because of the risk of their job which is mostly as a sex worker. It is caused by lack infomation about reproduction and sexual health and lack access about health service for transvestites. This research aimed to understand transvestites’ behavior in using STIs screening service. SubjectsandMethods: This research used qualitative approach with phenomenological approach; samples taking used purposive sampling of criterion based sampling and snowball sampling done by finding persons who could gave the clues about the people who were willing to be chosen as the research subjects according to the criteria. From the criteria which had been decided, it got seven representative informants. Data collecting technique used deep interview and focus group discussion. Result: That most trangenders had lack knowledge about STIs. They still did sexual intercourse although they had already got education from health workers and had already known that some of their transgender friends got infected by STIs.  All trangenders had ever come to STIs service but they got VCT service there. While STIs test was not done because it felt painful when sample taking was done. All transvestites felt that because of their job,  they were at risk to get infected and spread STIs. Generally the severeness or seriousness when they got infected by STIs felt by them was physical pain, embarrassed feeling  to friends and partners, and costumers losing. The advantages of STIs screening service is feeling safe not to get infected by STIs and knowing the signs of STIs early. Generally, service schedules, society stigma, examination fee, and treatment form health workers do not become the obstacles for transvestites. Conclusion: All transvestites believe that STIs screening is useful for their health, but not all transvestites believe that they are able and recover from STIs considering their job which is at risk to get infected by STIs.
Keywords: STIs screening service, transvestites, health belief model
Pendahuluan : Stigma negatif telah melekat pada diri waria dimana mereka disebut sebagai salah satu sumber penyebaran IMS dan virus HIV/AIDS karena resiko atas faktor pekerjaannya yang sebagian besar sebagai penjaja seks. Dalam posisinya sebagai penjaja seksual yang memiliki posisi daya tawar yang sangat rendah, serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, maka waria dengan tanpa sepengetahuannya akan mudah terinfeksi/tertular IMS dan virus HIV kepada pasangan-pasangan berikutnya. Hal itu terjadi karena kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta akses tentang layanan kesehatan bagi kaum waria. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku wariadalam menggunakan pelayanan skrining IMS sehingga dapat diketahui proses serta faktor yang  melatarbelakangi perilaku waria dalam menggunakan pelayanan skrining IMS. Subyek dan Metode:Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengambilan sampel secara purposive sampling jenis criterionbased sampling dan snowball sampling dilakukan denganmenemukan orang yang dapat memberi petunjuk mengenai orang yang bersediamenjadi subjek penelitian sesuai dengan kriteria.Dari kriteria-kriteria yang telah dirumuskan, diperoleh tujuh orang informan yangrepresentatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, dan focus group discussion. Hasil: bahwa hampir semua waria mempunyai pengetahuan yang kurang tentang IMS. Mereka tetap melakukan hubungan seksual yang beresiko meskipun sudah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan sudah mengetahui beberapa teman waria yang terkena IMS. Semua waria pernah datang ke pelayanan IMS namun yang dilakukan disana adalah VCT. Sedangkan test IMS tidak pernah dilakukan karena terasa sakit saat dilakukan pengambilan sampel. Semua waria merasa bahwa pekerjaan mereka beresiko untuk tertular dan menularkan IMS. Secara umum keseriusan/keparahan jika tertular IMS yang dirasakan waria adalah merasa kesakitan secara fisik, malu terhadap teman dan pasangan serta kehilangan pelanggan. Manfaat pengunaan pelayanan skrining IMS adalah rasa aman tidak tertular IMS dan dapat mengetahui tanda gejala IMS secara dini. Secara umum jadwal pelayanan, stigma masyarakat, biaya pemeriksaan dan perlakuan dari petugas kesehatan tidak menjadi hambatan bagi waria.Kesimpulan: Semua waria percaya bahwa skrining IMS dapat menguntungkan bagi kesehatan mereka, namun kenyataan dalam perilakunya mereka lebih meyakini kondom sebagai sarana pencegahan IMS.
Kata kunci : pelayanan skrining IMS, waria, health belief model

×
Penulis Utama : Fika Lilik Indrawati
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S021308034
Tahun : 2015
Judul : Penggunaan Pelayanan Skrining Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Waria di Kota Yogyakarta
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2015
Program Studi : S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prodi. Kesehatan Masyarakat-S021308034-2015
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Argyo Demartoto, M.Si,
2. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., Ph.D
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.