×
ABSTRAK
Kota memiliki daya tarik tersendiri untuk ditinggali. Masyarakat memiliki pandangan bahwa sebuah kota memiliki fasilitas yang lengkap, aksesibilitas yang baik, lapangan pekerjaan yang luas dan sebagainya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat di perkotaaan karena masyarakat berpindah ke kota demi penghidupan yang lebih layak. Masyarakat yang berpindah ke kota pada umumnya tidak memiliki modal yang cukup untuk tinggal di kota. Semakin meningkatnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan peningkatan pelayanan kota khususnya di bidang perumahan permukiman sehingga akan muncul permukiman kumuh illegal (squatter). Sehingga squatter tersebut perlu ditangani, secara umum penanganan squatter memiliki dua pola pendekatan penanganan, yaitu pola on-site dan off-site. Penanganan on site disini maksudnya penanganan masalah squatter tanpa memindahkan lokasi ke daerah lain tetapi dengan menyediakan tempat tinggal yang layak huni. Sedangkan penanganan off site maksudnya penanganannya dengan memindahkan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh ilegal ke daerah lain yang lebih layak dan dengan status tanah yang legal. Pada hakikatnya kedua penanganan ini sama karena sama sama bertujuan untuk meningkatkan kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Salah satu penanganan squatter di Kota Surakarta dengan membangun rumah susun. Semakin sempitnya lahan di Kota Surakarta menjadikan salah satu alasan pembangunan rumah susun di Kota Surakarta lebih diprioritaskan untuk menangani squatter. Berdasarkan isu yang sedang berkembang, penelitian ini ingin mengetahui komparasi perubahan aspek sosial ekonomi pada penghuni rumah susun pasca penanganan squatter di Kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah melakukan skoring dalam mengidentifikasi aspek sosial ekonomi pada Rumah Susun Begalon I, Rumah Susun Begalon II dan Rumah Susun Semanggi. Hasil penelitian ini adalah komparasi perubahan aspek sosial ekonomi pada penghuni rumah susun pasca penanganan squatter di Kota Surakarta dapat dilihat bahwa pada Rumah Susun Begalon I mengalami peningkatan sedang, sedangkan pada Rumah Susun Begalon II dan Rumah Susun Semanggi mengalami peningkatan rendah. Sehingga perubahan aspek sosial ekonomi pada Rumah Susun Begalon I yang merupakan penanganan on site memiliki peningkatan yang lebih tinggi dari Rumah Susun Begalon II yang merupakan penanganan off site tanpa mendekatkan tempat kerja dan Rumah Susun Semanggi yang merupakan penanganan off site dengan tempat kerja didekatkan.
Kata Kunci: Aspek sosial ekonomi, rumah susun, squatter
ABSTRACT
City has main attraction for livable. The public has the view that a town has a comprehensive facilities , good accessibility , a broad field of work and so on. This matter causes population growth developments in the city, because people migrating to the city livelihood for the sake of more worthy. The increasing population is not balanced with the service especially in the field of housing the city settlement that will appear squatter. So that the squatter need to be handled, in general the handling of having two pattern handling squatter approach , that is a pattern on-site and off-site. On site pattern is a problem handling squatter location without move to another region but with providing a place of decent housing. While off site pattern is handling by moving the squatter to the regions and with the status of land was legal. In fact both handling is to improve social life and economic society. One of squatter handling in Surakarta is build a low cost apartment. The limited land in Surakarta is one of the reason to build a low cost apartment in the Surakarta City for handling squatter. Based on issues, this research knowing comparisons of socio-economic change in the low cost apartment post-handling squatter. The method is applicable in weighting analysis methods in identifying the social economy at low cost apartment in Surakarta. This result oh the research re the comparisons of socioeconomic aspects of changes on residents after handling squatter in Surakarta can be seen that in Begalon I low cost apartment experienced a medium increase, while in Begalon II low cost apartment and Semanggi low cost apartment increased low. So that the change in the economic and social aspect of Begalon I low cost apartment with on site pattern has the higher than Begalon II low cost apartment and Semanggi low cost apartment with off site pattern.
Keywords: low cost apartment, socioeconomic aspects, squatter