Penulis Utama : Ardiansyah Indra Kumala
NIM / NIP : D0209008
×

Tanah longsor menjadi bencana yang paling mematikan sepanjang tahun 2014. Tercatat sedikitnya terjadi 332 bencana tanah longsor dan menewaskan 262 jiwa. Bencana adalah peristiwa besar yang memiliki dampak dengan lingkup sosial dan politik yang luas. Bencana mampu menyita perhatian media massa baik dari negara di mana bencana tersebut terjadi, maupun di dunia. Saat terjadi sebuah bencana, media massa mempunyai peran penting. Peran media massa tidak hanya sebatas melaporkan peristiwa, namun juga harus berkontribusi terhadap khalayak dalam menghadapi bencana dengan memberdayakan khalayak. Media massa ikut menginformasikan peringatan yang ada, menyediakan deskripsi apa yang terjadi, tetap membuat publik mendapat informasi mengenai kegiatan pascabencana, berkontribusi terhadap pemulihan individu dan komunitas serta  ketahanan komunitas dari bencana.
Fakta sebagaimana tercermin dalam pemberitaan merupakan realitas hasil  konstruksi pekerja media. Framing dapat dipahamai sebagai proses jurnalis menyeleksi sejumlah informasi untuk ditonjolkan atau dihilangkan, yang disampaikan kepada khalayak media dalam bentuk realitas. Untuk melihat framing media dan peran media, peneliti menggunakan teknik analisis framing model Pan Kosicki serta data yang diambil dari buku karya Ahmad Arif, seorang wartawan surat kabar Kompas yang meliput peristiwa gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, berjudul Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme : Kesaksian dari Tanah Bencana. Objek penelitian adalah 36 berita yang diambil dari Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos rentang waktu 1-23 Desember 2014 atau masa kejadian bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan frame yang dibentuk kedua surat kabar. Surat Kabar Kompas menonjolkan proses revitalisasi sebagai penanganan bencana. Kompas mengutamakan kepentingan publik dengan memberdayakan khalayak. Kompas juga menjalankan fungsinya sebagai “anjing penjaga” dengan  memberikan kritik, saran, dan solusi kepada pemerintah. Berbeda dengan Kompas,  Jawa Pos menonjolkan opsi relokasi untuk penanganan bencana, sesuai dengan upaya pemerintah. Jawa Pos melupakan kepentingan publik, logika komersilnya mengakibatkan tidak satupun warga korban longsor yang menjadi narasumber. Jawa Pos juga menampilkan embedded journalism, menjadi corong pemerintah dan mendompleng peran pejabat.

 

×
Penulis Utama : Ardiansyah Indra Kumala
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : D0209008
Tahun : 2015
Judul : Konstruksi Media Tentang Mitigasi Bencana Tanah Longsor Banjarnegara (Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014)
Edisi :
Imprint : Surakarta - FISIP - 2015
Program Studi : S-1 Ilmu Komunikasi
Kolasi :
Sumber : UNS-FISIP Prog. D III Komunikasi Terapan-D.0209008-2015
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Laporan Tugas Akhir (D III)
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Sri Hastjarjo, S.Sos.,Ph.D
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. ISIP
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.