Penulis Utama : Harsono Salimo
NIM / NIP :
× Penyakit campak telah lama dikenal masyarakat sebagai penyakit yang tidak begitu membahayakan seperti penyakit menular yang lainnya. Gejala penyakit campak ditandai dengan adanya demam selama 3 atau 4 hari, disusul dengan timbulnya ruam atau bintik kemerahan yang khas dan adanya gejala batuk, pilek, dan radang selaput mata. Manifestasi klinis ini dikenal dengan campak klasik. Biasanya akan sembuh dengan sendirinya (self-limited disease) dan diketahui hanya bisa menyerang anak satu kali saja, artinya bila seorang anak telah terkena campak, dia akan kebal seumur hidup. Namun sebetulnya penyakit campak ini mempunyai potensi untuk menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, yaitu komplikasi jangka pendek berupa diare, radang paru, radang telinga dan komplikasi jangka panjang yang biasanya fatal yaitu subacute scleroting pan-encephalitis (SSPE). Penyebab penyakit campak adalah virus campak, yang ber- sifat monotipik, yaitu hanya terdiri dari satu tipe saja. Sebelum ditemukannya imunisasi campak, penyakit ini merupakan penyebab kematian utama pada anak. Dengan ditemukannya vaksin campak, maka angka kematian ini turun sangat dratis. Walaupun saat ini angka cakupan imunisasi campak sudah tinggi, namun dibeberapa tempat masih sering terjadi wabah. Sesuai dengan sifat alami penyakit campak, setelah pemberian imunisasi campak seharusnya seorang anak akan kebal seumur hidup. Namun akhir-akhir ini banyak orang tua yang mengeluh anaknya sudah kena campak tetapi oleh dokternya dinyatakan kena campak. Atau anaknya sudah diberi imunisasi campak tapi masih terkena campak. Dengan kemajuan teknologi mutakhir dibidang biologi molekuler, yaitu dengan ditemukannya alat untuk menentukan urutan DNA (DNA sequencing), ternyata walaupun virus campak bersifat monotipik, tapi ternyata terdiri dari beberapa genotip (yaitu keadaan genetik dari suatu individu sel atau organisme). Sampai saat ini, WHO telah mendapatkan 24 genotip campak diseluruh dunia, dan ada 3 genotip di Indonesia, yaitu genotip G2, G3 dan D9. Dengan pendekatan epidemiologi molekuler, dapat diketahui bagaimana penyebaran virus campak dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu negara ke negara lain (mobilization of population). Pada pene-litian saya ini, ditemukan ada 2 genotip di pulau Jawa, yaitu genotip G3 dan D9. Dengan adanya 2 genotip ini, dapat mene-rangkan mengapa seorang anak yang telah terkena campak, dapat terkena campak lagi bila dia terinfeksi dengan virus cam-pak dari genotip lainnya. Dari penelitian saya juga terungkap bahwa tidak hanya ada satu macam manifestasi klinis campak, tapi ada 2, yaitu campak klasik (75%) dan campak modifikasi (25%). Semua penderita campak yang sedang didiagnosa dengan memakai kriteria klinis campak sesuai dengan kriteria WHO tahun 1990 untuk diagnosis campak, pada penelitian saya telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologis IgM dan IgG. Mengenai imunisasi campak, saat ini yang dipakai untuk vaksin campak di Indonesia adalah galur (strain) CAM-70 berasal dari genotip A. Seharusnya dengan ditemukannya 3 genotip virus campak di Indonesia tersebut, vaksin campak dibuat dari isolat virus campak lokal juga, sehingga diharapkan bisa memberikan kekebalan yang lebih spesifik dan bertahan seumur hidup.
×
Penulis Utama : Harsono Salimo
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP :
Tahun : 2006
Judul : Manifestasi Klinis Profil Serologis dan Genotip Virus Campak di Jawa
Edisi :
Imprint : Surakarta - FK - 2006
Program Studi : -
Kolasi :
Sumber : UNS- FK Prog. Studi Ilmu Kedokteran- NIP 140059324
Kata Kunci :
Jenis Dokumen :
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing :
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Kedokteran
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.