×
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang
menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik antara
model discovery learning (DL), model Problem Based Learning (PBL), atau
model Think-Talk-Write (TTW) dengan pendekatan saintifik, (2) manakah yang
mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik antara siswa
dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, atau rendah, (3) pada masing-masing
model pembelajaran, manakah yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah
matematika lebih baik, siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, atau
rendah, (4) pada masing-masing kategori kemandirian belajar, manakah model
pembelajaran yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika
lebih baik antara model DL, PBL, atau TTW dengan pendekatan saintifik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain
faktorial 3 x 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri se-
Kabupaten Sragen semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Teknik
pengambilan sampel adalah stratified cluster random sampling. Sampel terpilih
dalam penelitian ini sebanyak 296 siswa yang terdiri dari 98 siswa kelompok
eksperimen 1, 99 siswa kelompok eksperimen 2, dan 99 siswa kelompok
eksperimen 3.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket
kemandirian belajar siswa dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika
materi lingkaran yang berbentuk uraian. Sebelum instrumen digunakan, terlebih
dahulu dilakukan ujicoba instrumen di SMP N 1 Ngrampal. Pada uji coba angket
kemandirian belajar diuji konsistensi internal dan reliabilitas, sedang uji coba tes
kemampuan pemecahan masalah matematika diuji tentang daya beda, tingkat
kesukaran, dan reliabilitas instrumen. Sebelum dilakukan penelitian terlebih
dahulu dilakukan uji keseimbangan menggunakan teknik anava satu jalan.
Pengujian hipotesis menggunakan teknik anava dua jalan dengan sel tak sama,
dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat yaitu:
uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Model PBL
dengan pendekatan saintifik menghasilkan kemampuan pemecahan masalah
matematika yang lebih baik daripada model DL maupun TTW dengan pendekatan
saintifik, sedangkan model DL lebih baik daripada model TTW; (2) Siswa dengan
kemandirian belajar tinggi mempunyai kemampuan pemecahan masalah
matematika yang lebih baik daripada kemandirian sedang maupun rendah,
sedangkan siswa dengan kemandirian belajar sedang maupun rendah mempunyai
kemampuan pemecahan masalah yang sama baik; (3) Pada model DL, PBL,
maupun TTW dengan pendekatan saintifik, siswa dengan kemandirian belajar
tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai kemampuan pemecahan masalah
matematika yang sama baik, (4) Untuk siswa dengan kemandirian belajar tinggi,
penggunaan model DL maupun PBL dengan pendekatan saintifik menghasilkan
kemampuan pemecahan masalah matematika yang sama baik, model DL maupun
TTW dengan pendekatan saintifik menghasilkan kemampuan pemecahan masalah
matematika yang sama baik, tetapi model PBL lebih baik daripada model TTW;
untuk siswa dengan kemandirian belajar sedang, penggunaan model PBL dengan
pendekatan saintifik menghasilkan kemampuan pemecahan masalah yang lebih
baik daripada model DL maupun TTW dengan pendekatan saintifik, sedangkan
model DL dan TTW dengan pendekatan saintifik menghasilkan kemampuan
pemecahan masalah yang sama baik; untuk siswa dengan kemandirian belajar
rendah, penggunaan model DL, PBL, maupun TTW dengan pendekatan saintifik
menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang sama baik.
Kata kunci: Model pembelajaran, discovery learning, problem based learning,
think-talk-write, pendekatan santifik, kemandirian belajar