×
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang sekolah Sumatra Thawalib dan perjuangan H. Abdul Karim Amrullah dalam usahanya mengubah masyarakat Minangkabau; (2) pola pendidikan dari Sumatra Thawalib; (3) pandangan H. Abdul Karim Amrullah dalam pembaruan Islam di Minangkabau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau sejarah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode histories ada 4 tahap kegiatan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber tertulis yang meliputi buku-buku literatur. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisis data yang digunakan adalah analisis historis yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasikan fakta sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Perjuangan H. Abdul Karim Amrullah melalui Sumatra Thawalib mulai menampakkan hasilnya yaitu banyak lulusan dari Sumatra Thawalib yang terjun ke masyarakat dan menjadi pemimpin yang dihormati. Ada juga yang membuka cabang sendiri dikampungnya dan mengajar disana serta menyatakan diri sebagai cabang dari Sumatra Thawalib. Pada tahun 1923 pengaruh paham komunis muncul di kalangan pelajar-pelajar Sumatra Thawalib sehingga perhatian sebagian besar pelajar dan guru bergeser dari usaha mempelajari soal-soal agama Islam kepada partisipasi kegiatan politik.; (2) Sumatra Thawalib merupakan Madrasah tradisional Minangkabau yang dulu bernama Surau Jembatan Besi. Sebelumnya sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem halaqoh yaitu murid duduk bersila mengitari guru yang mengajar, diselenggarakan pagi sampai sore hingga malam hari. H. Jalaluddin Thaib memperkenalkan cara-cara modern ke dalam Sumatra Thawalib meninggalkan sistem lama yaitu dengan sistem berkelas yang lebih sempurna, pemakaian bangku-bangku dan meja, kurikulum yang lebih diperbaiki dan juga kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Majalah Al-Munir merupakan salah satu wadah atau alat yang sangat baik untuk memberikan pelajaran Islam kepada anggota masyarakat yang tidak sempat datang ke Surau melalui tulisan dan gambar yang mudah dimengerti.; (3) H. Abdul Karim Amrullah beserta para pembaharu lainnya mempunyai gagasan pandangan untuk mengembalikan masyarakat Minangkabau kembali ke Syariat Islam yaitu Al-qur’an dan Hadist.