ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengeksplanasikan latar belakang sosial budaya masyarakat yang terkandung dalam novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM; (2) mengeksplanasikan tanggapan pembaca terhadap novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM; (3) mengeksplanasikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM; dan (4) mengeksplanasikan relevansi novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM dengan pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode content analysis atau analisis isi. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM. Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) teks, yaitu novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM; (2) catatan lapangan hasil wawancara yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagian refleksi; (3) tanggapan pembaca terhadap novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM; dan (4) buku-buku literatur yang relevan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dan mengkaji dokumen serta arsip. Uji validitas data dilakukan dengan trianggulasi sumber, teori, dan metode dengan pengecekan data dokumen dan hasil wawancara untuk mendapatkan simpulan yang sama. Data tersebut diperoleh dengan mengkaji novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM melalui analisis isi, yaitu melakukan penafsiran terhadap teks untuk dipahami isinya. Teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling, sampel mewakili informasinya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif yang meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) latar belakang sosial budaya masyarakat etnis Tionghoa di Pecinan Semarang pada tahun 1960-an yang terungkap dalam novel meliputi: (a) adat, meliputi perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, dan tradisi pemakaman orang etnis Tionghoa yang dirayakan berdasarkan kelas sosial keluarga almarhum; (b) pekerjaan, terdiri penyanyi/biduan orkes tradisional Tionghoa, musisi orkes tradisional Tionghoa, pedagang/tauke, komandan militer, dan pembantu; (c) pendidikan yang berupa pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang ditempuh untuk menjadi biduan, juga pendidikan saat dipersiapkan menjadi agen organisasi PKI di masa itu; (d) agama dan kepercayaan, yaitu ajaran Khonghucu yang merupakan filosofi hidup yang kemudian dimaknai sebagai agama; (e) kondisi sosial berupa status sosial, yaitu golongan atas (orang kaya) dan golongan bawah (orang miskin); (f) tempat tinggal, yaitu di Semarang, khususnya di daerah Gang Pinggir, Pecinan; (g) bahasa lisan yang digunakan adalah bahasa Indonesia, disertai bahasa Jawa dan bahasa Mandarin. Bahasa tulis menggunakan bahasa Indonesia ejaan lama (h) etnis, yaitu etnis Tionghoa yang dibagi menjadi dua, Cina totok dan Cina peranakan; (2) tanggapan pembaca yang menyatakan bahwa novel memberikan nilai-nilai positif dan menambah wawasan mengenai keadaan sosial budaya masyarakat etnis Tioghoa di Pecinan Semarang pada tahun 1960-an; (3) nilai pendidikan yang terungkap meliputi: (a) nilai sosial, (b) nilai moral, (c) nilai budaya, (d) nilai agama, dan (e) nilai historis; (4) memiliki relevansi terhadap pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi. Kata kunci: novel, sosiologi sastra, sosial budaya, tanggapan pembaca, nilai pendidikan, dan relevansi pembelajaran
ABSTRACT
This study aims to: (1) explain the socio-cultural background of society embodied in novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM; (2) explain reader responses to novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM; (3) explain educational values embodied in novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM; (4) explain the relevance of novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM with literally learning in University. This study is a descriptive qualitative research using methods of content analysis. The activities that carried out are read, observe, interpret and analyze novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM. The source of the data in this study are: (1) text, which is Kancing yang Terlepas created by Handry TM; (2) field notes which is the result of the interview that consists two parts, namely the part description and part reflection; (3) reader responses to novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM; and (4) literature review. Data collection techniques are using in-depth interviews, reviewing documents and also archives. Test the validity of the data is done by triangulation source, theory and method with checking data documents and the result of interviews to obtain the same conclusion. Data were obtained by reviewing novel Kancing yang Terlepas created by Handry TM through content analysis, which is an interpretation of the text to understand its contents. Footage technique used is purposive sampling, sample representing the information. Data analysis technique used is the interactive model analysis that includes three components: data reduction, data presentation, and conclusion. This study concludes that: (1) the socio-cultural background of the Chinese ethnic community in Chinatown Semarang in the 1960s that revealed in the novel covering: (a) customs, including the celebration of Chinese New Year, Cap Go Meh, and traditions of ethnic Chinese funeral was celebrated based social class family of the deceased; (b) Job, consists of singer/singer of traditional Chinese orchestra, traditional Chinese orchestra musician, merchants/employer, military commanders and aides; (c) Education in the form of non-formal education, namely education to become singers, while education is also prepared to be the agent coward organization at that time; (d) Religion and beliefs, that Confucianism which is philosophy of life then interpreted as a religion; (e) social conditions such as social status, namely the upper class (the rich) and the lower class (the poor); (f) Residence, which in Semarang, particularly in the alley edge, Chinatown; (g) Languages includes Indonesian language, accompanied by Javanese and Chinese. Indonesian written language uses the old spelling; (h) Tribes, namely the Chinese ethnic split into two, totok Chinese and peranakan Chinese;(2) Reader responses stating that novel gives positive values and add knowledge about social and cultural situation of the Chinese ethnic community in Semarang’s Chinatown in the 1960s; (3) Educational values are revealed include: (a) social values, (b) moral values, (c) cultural values, (d) religious values, and (e) historical values; (4) Having relevance to literally learning in University. Keywords: novel, sociology of literature, socio-cultural, reader responses, educational value, and relevance of learning.