Abstrak |
: |
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis peran komunikator dalam hal ini adalah tokoh agama, peran audiens atau anggota kelompok dalam membentuk Groupthink dan pola komunikasi kelompok yakni kelompok masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang Kecamatan Slogohimo, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Teknik analisisnya menggunakan teknik gabungan dari Miles dan Huberman, Spradley dan Yin. Adapun teknik pemilihan informan dengan menggunakan teknik maximum varians sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh agama atau pengurus dalam membentuk Groupthink adalah: (1) sebagai Acarya, (2) sebagai Uphajaya dan (3) sebagai pengambil keputusan. Sedangkan peran anggota masyarakat Buddhis sebagai komunikan adalah: (1) sebagai Upasika, (2) terlibat dalam kepanitiaan, (3) sebagai komunikator. Adapun pola komunikasi yang terbentuk dalam masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang adalah (1) Pola komunikasi interpersonal yang dapat dilihat dari kegiatan urun rembug, gethok tular, tilikan, rewang dan percakapan sehari-hari antara pengurus dan anggota masyarakat, (2) Pola komunikasi kelompok yang telihat dari kegiatan Pujhabakti, pertemuan Wandani, Patria, Sekolah minggu Buddha dan perbagai kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang. Berkaitan dengan fenomena Groupthink yang terjadi pada masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang, dapat dilihat dari kohesivitas yang tinggi diantara anggota masyarakat Buddhis tersebut, selain itu berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa anggota masyarakat Buddhis tersebut memiliki loyalitas, solidaritas dan sense of belonging yang kuat terhadap keberadaan kelompok, hal ini seperti yang dikatakan oleh Janis, bahwa dalam sebuah kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung terbentuk Groupthink. Selain itu hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Kurt Lewin, bahwa akibat langsung adanya keterpaduan dan kekompakan dalam kelompok adalah Groupthink. Akan tetapi peneliti menemukan bahwa kohesivitas pada masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang terbentuk bukan karena adanya anggapan bahwa mereka kebal, akan tetapi kohesivitas yang tinggi tersebut muncul karena adanya perasaan bahwa kelompok masyarakat Buddhis adalah kelompok minoritas, sehingga pengurus selalu memotivasi untuk lebih meningkatkan hubungan antara yang satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk kegiatan. Kata Kunci: Groupthink, Peran komunikator, Peran audiens dan Pola Komunikasi ABSTRACT This research aimed to describe and to analyze the role of communicator, in this case, the religion leader, the role of audience or group in creating Groupthink and group communication pattern, Buddhist community group in Kelurahan Karang in Slogohimo Sub District, using qualitative research method of case study. Technique of analyzing data used was combined methods from Miles and Huberman, Spradley and Yin. The technique of selecting informant used was maximum variance sampling one. The result of research showed that the role of religion leader or administrator in creating Groupthink was that of (1) Acarya, (2) Uphajaya, and (3) decision maker. Meanwhile, the role of members of Buddhist community as communicant was that of (1) Upasika, (2) participating in committee, (3) communicator. The communication pattern established in Buddhist community in Kelurahan Karang included (1) interpersonal communication that could be seen from urun rembug (discussion), gethoktular (words of mouth), tilikan (visiting the sick people), rewang (helping others holding large event) activities and daily conversation between the administrators and members of community, (2) group communication pattern that could be seen from Pujhabakti activity, Wandani meeting, Patria, Buddha Sunday School and a variety of other activities carried out by Buddhist community in Kelurahan Karang. Regarding the Groupthink phenomenon occurring in Buddhist community in Kelurahan Karang, it could be seen the high cohesiveness among the members of Buddhist community, in addition, considering the result of research, it could be stated that the members of Buddhist community had strong loyalty, solidarity, and sense of belonging to the existence of group. It was just as Janis suggested that in a group with high cohesiveness, Groupthink tended to be created. In addition, it is in line with Kurt Lewin’s statement that the direct effect of coherence and compactness in group was Groupthink. However, the author found that the cohesiveness in Buddhist community in Kelurahan Karang was created not due to the assumption that they were immune (invulnerable), but to the presence of feeling that Buddhist community group was minority group, so that the administrator should motivate to improve the relationship between one member and another in a variety of activity forms. Keywords: Groupthink, Communicator Role, Audience role, and Communication Pattern |