×
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah adanya gap pada pelaksanaan dan pencapaian program KB sebelum dan setelah otonomi daerah di Kota Surakarta. Faktor eksternal (efek reformasi dan sistem pemerintahan) dan faktor internal (perubahan lembaga KB dan perubahan visi misi) mempengaruhi perbedaan strategi komunikasi program KB. Tujuan penelitian ini mengkomparasikan strategi komunikasi program KB sebelum dan setelah otonomi daerah di Kota Surakarta, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan strategi komunikasi dan tingkat efek strategi komunikasi setelah otonomi daerah. Jenis penelitian Historis Komparatif (Neuman, 2013:515), pengumpulan data melalui studi dokumen, wawancara mendalam kepada 9 orang informan yang memahami pelaksanaan program KB di Kota Surakarta pada dua periode tersebut dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan tipe ideal Max Weber dengan tahap memilah dan menggolongkan, open coding, axial coding, selective coding serta menerjemahkan dan menyelidiki (Neuman, 2013:571).
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah strategi komunikasi sebelum otonomi daerah lebih dominan pada penggunaan komunikasi massa. Kredibilitas komunikator dianggap lebih baik dan lebih dominan dalam berkomunikasi daripada khalayak. Isi pesan yang disampaikan persuasif sedangkan media yang digunakan dominan pada media ATL (Above The Line) satu arah dengan khalayak yang lebih pasif dalam berkomunikasi, tidak menuntut kepuasan pelayanan pemerintah dan belum ada motif ekonomi ketika ikut program. Strategi komunikasi setelah otonomi daerah dominan pada komunikasi interpersonal tatap muka dua arah. Kredibilitas komunikator menurun dan tidak dominan dalam berkomunikasi dengan khalayak. Isi pesan edukatif dengan memperhatikan isu gender dan HAM sedangkan media yang digunakan dominan pada BTL (Below The Line) dua arah. Khalayak aktif berkomunikasi, menuntut kepuasan pelayanan pemerintah dan tertarik pada stimulan secara materiil. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan strategi komunikasi sebelum dan setelah otonomi daerah adalah perbedaan pada visi dan misi program, kebijakan komunikasi dan perencanaan komunikasinya. Tingkat efek strategi komunikasi setelah otonomi daerah di Kota Surakarta adalah strategi komunikasi pada PUS berhasil mencapai kognisi (mengerti) tentang program KB (SDKI 2012) tetapi data pencapaian program KB Kota Surakarta menunjukkan bahwa tingkat kognisi belum diikuti tindakan untuk mengikuti program KB
Kata kunci : komparatif, strategi komunikasi, program Keluarga Berencana