×
ABSTRAK
Perkembangan pembangunan yang terjadi di Soloraya, membuat banyak orang memutuskan untuk menetap dan merantau di wilayah ini. Pernikahan antarsuku pun tidak dapat dihindari karena interaksi yang terjadi antara warga asli yang berasal dari suku Jawa dengan warga pendatang khususnya orang Batak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam mangain marga pada pernikahan campuran suku Batak dan Jawa di Soloraya. Peneliti menggunakan metode studi kasus yakni metode analisis data yang menekankan pada kasus-kasus tertentu yang terjadi pada obyek analisis. Metode ini menggunakan analisis data deskriptif dalam menganalisis data serta dilengkapi dengan teknik triangulasi sumber untuk validitas data. Obyek penelitian adalah tiga pasangan pernikahan campuran suku Batak dan Jawa yang ada di Soloraya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses komunikasi antarbudaya dapat terjalin dengan baik dan efektif diantara ketiga pasangan. Pada penelitian ini pihak suami berperan sebagai komunikator dan isteri sebagai komunikan. Adanya perkumpulan-perkumpulan dalam adat Batak Batak berperan sebagai media komunikasi antar budaya. Dalam pernikahan campuran suku Batak dan Jawa, masing-masing pasangan memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomuniksai. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya kesalapahaman akibat perbedaan intonasi ketika berbicara. Perbedaan komunikasi yang terjadi pun menyebabkan efek yang berbeda pada masing-masing pasangan pernikahan campuran Batak dan Jawa.
Kata Kunci: Komunikasi Antarbudaya, Mangain Marga, Pernikahan Campuran Suku Batak dan Jawa.
ABSTRACT
The development progress going on Soloraya, makes a lot of people decided to settle and wander in this region. Inter-ethnic marriages was unavoidable due to the interaction that occurs between the native which is a Javanese with the migrant population, particularly the Batak People.
This study aims to determine the intercultural communication process that occurs in mangain marga system in mixed marriage between and Javanese and Batak People in Soloraya. Researchers used the case study method, which is a method that analyze the data by emphasizing the specific cases that occurred on the object of the analysis. This method uses descriptive data analysis in analyzing the data and comes with source triangulation techniques for data validity. The object of this research are three couples that perform a mixed marriage of the Javanese and Batak People in Soloraya.
The results showed that the process of intercultural communication can be well established and effective among the three couples. In this study, the husband play his role as the communicator while the wife as the communicant. The presence of associations in Batak People traditions play significant role as a medium for communication between cultures. In mixed marriage between Batak People and Javanese, each couple chooses to use Bahasa Indonesia to communicate eachother. This is done to prevent a future misunderstanding due to the differences in intonation when they are speaking. Differences in communication that occurs even cause a different effect on each couple who perform a mixed marriage of Batak People and Javanese.
Keywords: Intercultural Communication, Mangain Marga, Mixed Marriage of Batak People and Javanese.