×
Pornografi bukan hal yang tabu di media iklan, bahkan dipandang sebagai unsur penarik perhatian. Berangkat dari pemahaman komunikasi samar-samar terhadap hal porno dalam iklan produk, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik teks iklan produk bermakna asosiatif pornografi, yaitu; (1) bentuk teks (2) jenis tindak tutur dan strateginya, dan (3) implikatur dan daya pragmatiknya. Teori tanda untuk memahami keterlibatan aspek tanda yang membentuk teks. Teori relevansi untuk memahami bentuk teks dengan maksud dan tujuan serta implikasi dan daya pragmatiknya. Melalui pendekatan kualitatif, kajian ini menetapkan 105 data iklan produk dari majalah, tabloid, dan koran. Pencarian data menggunakan metode simak yang di awali dari mengkliping, mereduksi, dan menetapkan iklan yang bermakna asosiatif pornografi, baik dari teks verbal dan nonverbalnya. Keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi data melalui kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). Teknik analisis data dengan klasifikasi jenis produk, ilustrasi, dan latarnya, serta aspek verbal untuk mendapatkan aspek tekstual dan kontekstualnya. Analisis kontekstual menggunakan analisis framing.
Iklan bermakna asosiatif pornografi tidak terbatas pada produk berkaitan dengan masalah seksual, cenderung menggunakan ragam bahasa kolokial. Masalah seksual tecermin pada isu-isu porno yang dapat dihubungkan dengan hasrat birahi, dorongan libido dan aktifitas seksual. Teks dikomunikasikan melalui makna asosiatif pornografi dengan fungsi referensial rasionalisasi bermodus deklaratif. Hal ini bersesuaian dengan kecenderungan teks iklan produk menerapkan tindak tutur asertif dan direktif dan dengan menekankan strategi tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sesuai dengan situasi ujar konatif, referensial, metalinguistik, ekspresif, puitik dan fatik, strategi tersebut digunakan untuk merepresentasikan fungsi komunikasi ekspresif, informasi, deskripsi dan argumentasi.
Pemahaman teks dihasilkan berdasarkan eksplikaturnya, kemudian dengan menghubungkan konteks untuk memahami proposisi-proposisi yang dimunculkan sebagai implikaturnya. Dari proposisi-proposisi kontekstual menunjukkan kecendrungan pengetahuan bersama menjadi dasar penentuan implikatur. Kebaruan hasil pembahasan penelitian menunjukkan strategi tindak tutur tidak langsung tidak literal difungsikan untuk tidak mendesak khalayak terhadap produk dan mengkomunikasikan secara samar-samar hal-hal yang porno. Hal ini sejalan dengan pendtapat Brown dan Levinson (1987) strategi bertutur samar-samar diorientasikan untuk menghasilkan kesantunan.Ditegaskan pula oleh Simpson (2001) bahwa komunikasi samar-samar untuk tidak memaksimalkan maksud penutur terhadap khalayaknya. Komunikasi samar-samar tidak berarti menghilangkan rasionalitas atau menginformasikan hal-hal yang objektif, menghindari bertutur implisit, dan menghindari penafsiran. Temuan ini melengkapi gagasan Crook dan Tanaka bahwa komunikasi samar-samar dapat dilakukan dengan menyamarkan pesan ’vulgar/porno’ melalui pilihan kata-kata tertentu. Samar tidaknya suatu komunikasi bergantung pada seberapa besar daya ostensif tuturan memiliki keberkaitan dengan konteks yang dibicarakan. Hal ini ditentukan oleh elemen-elemen tanda dalam tuturan.
Kata-kata kunci: pragmatik, tindak tutur, implikatur, makna asosiatif pornografi, pengetahuan bersama.