ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data pada penelitian ini, yaitu hasil wawancara cerita rakyat Rawa Pening dari narasumber bernama Ki Harsono Baru Klinting. Data penelitian ini berupa frasa dan kalimat dalam cerita rakyat Rawa Pening. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian adalah teknik analisis dekonstruksi.
Simpulan dari penelitian ini adalah penciptaan mitologi Rawa Pening merupakan repretansi masyarakat sekitar unt menunjukkan kedirian mereka sebagai orang Jawa meskipun berada di luar pusat pemerintahan keraton. Upaya Baru Klinting guna menyatukan diri dengan keraton (dianggap sebagai anak) ialah wujud eksistensi subjek dalam menentukan identitas. Cerita rakyat Rawa Pening yang menjadi budaya masyarakat belum diakui secara legitimasi oleh sistem kekuasaan yang dominan. Kekuasaan dominan dan pengingkaran kebudayaan akan selalu ada sebab konsep waktu bagi masyarakat Jawa adalah berulang-ulang. Dalam bidang politik kemunculan cerita rakyat Rawa Pening mengganggu kebutuhan mimetik kekuasaan dominan. Dalam bidang ekonomi, daerah pemilik cerita rakyat Rawa Pening kini menyerap masyarakat yang “dihormati” serta diakui kekuasaannya untuk mengolah dan menjadi pelaku UKM pemanfaatan danau Rawa Pening. Kesenian tari yang selama puluhan tahun menjadi kebudayaan yang adiluhung kini ditampilkan dengan penuh kemerdekaan dalam sendratari Baru Klinting. Cerita rakyat Rawa Pening dan sendratari Baru Klinting tidak serta-merta ditolak oleh penguasa sebab adanya peniruan dianggap saling ketergantungan antara yang dikuasi dan yang menguasai.