Penulis Utama : Asih Anggarani
NIM / NIP : S111008023
×

ABSTRAK
Kajian morfofonemik, khususnya dengan objek penelitian bahasa daerah di Indonesia masih jarang dilakukan. Hal ini tentu saja membuka lebar kesempatan bagi linguis untuk meneliti. Alasan yang mendasar bahwa penelitian morfofonemik dengan objek penelitian bahasa daerah karena tidak semua peneliti memiliki kemampuan melafalkan dan memahami bahasa-bahasa daerah. Sulitnya perolehan data berupa tuturan dari narasumber atau penutur asli yang memenuhi syarat juga menjadi kendala penting minimnya penelitian morfofonemik bahasa-bahasa daerah. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk menelitim morfofonemik bahasa Melayu dialek Betawi.
Penelitian ini membahas morfofonemik dalam afiksasi dialek Betawi. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya pola khas morfofonemik afiksasi dalam bahasa Melayu dialek Betawi sebanyak 153 pola. Data penelitian berupa kosakata polimorfemik, khususnya kata berafiks, sebanyak 1. 416 kosakata yang diperoleh melalui rekaman tuturan penutur asli bahasa Betawi. Data dikumpulkan menggunakan metode simak libat cakap periode 2012-2013 di wilayah Jakarta meliputi Condet, Gandul, Matraman, dan Mester. Ada tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu pertama tahap penyediaan data, penelitian ini menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik catat dengan menggunakan transkripsi fonemis. Kedua tahap analisis data, penelitian ini menggunakan metode agih dengan menggunakan teknik urai unsur terkecil untuk mengetahui bentuk, jenis, dan kaidah perubahan morfofonemis akibat afiksasi bahasa Betawi. Dan ketiga tahap penyajian hasil analisis data, penelitian ini disajikan secara informal dan formal. Dengan mengacu pada teori morfofonemik Harimurti Kridalaksana yang mengelompokkan proses morfofonemik bahasa Indonesia ke dalam sepuluh proses morfofonemik, penelitian ini menghasilkan empat proses morfofonemik. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa terdapat empat proses morfofonemik yaitu proses pengekalan fonem, proses peluluhan fonem, proses pelepasan fonem, dan proses pemunculan fonem.
Proses pengekalan fonem merupakan proses morfofonemik yang dominan ditemukan pada penelitian ini. Selanjutnya, proses peluluhan fonem menempati urutan kedua, proses pelepasan fonem, dan terakhir proses pemunculan fonem. Yang menarik dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil pengelompokan proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan Harimurti Kridalaksana dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan. Menurut Harimurti Kridalaksana, Proses pemunculan fonem merupakan proses morfofonemik paling banyak ditemukan dalam kajian morfofonemik bahasa lain, tetapi tidak demikian halnya dengan penelitian ini justru menempati urutan terakhir dengan jumlah pola morfofonemik sebanyak 7 dari 153 pola yang ada.
Kata Kunci: Proses morfofonemik, Afiksasi, Dialek Betawi, Kata berafiks, Pola morfofonemik

×
Penulis Utama : Asih Anggarani
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S111008023
Tahun : 2015
Judul : Morfofonemik dalam Afiksasi Bahasa Melayu Dialek Betawi
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2015
Program Studi : S-2 Linguistik (Deskriptif)
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prodi.Linguistik-S111008023-2015
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. H Sumarlam, M.S.
2. Dr. Dwi Purnanto, M.Hum,
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.