×
ABSTRAK
Gender, bentuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, yang pada dasarnya
menjadi satu dari sekian banyak tujuan yang diperjuangkan melalui gerakan PKK.
Sebagai sebuah gerakan keperempuanan, PKK mengusung upaya memperjuangkan
peran aktif perempuan, terutama dalam lingkup keluarga. Namun demikian, PKK di
pihak lain seolah turut memunculkan pelabelan tertentu sebagai gerakan penghubung
kuasa negara dengan sejumlah aspek kehidupan, terutama pada masyarakat menengah
ke bawah atau pedesaan. Hingga pada akhirnya, muncul sebuah konstruksi sosial
keperempuanan sebagai bentuk perantara hegemoni negara terhadap sektor-sektor
lingkungan, yang selanjutnya semakin mengukuhkan subordinasi terhadap peran serta
fungsi sosial perempuan di masyarakat.
Pembentukan identitas gender di PKK pada dasarnya tidak terlepas dari proses
komunikasi. Dengan menggunakan studi kasus deskriptif pada dua gerakan PKK, yakni
PKK Kelurahan Kenep dan PKK Kelurahan Jetis, penelitian ini berupaya menganalisis
secara kualitatif bagaimana identitas gender dan pemberdayaan perempuan dapat
dikonstruksi melalui pola komunikasi perempuan di gerakan PKK. Teknik sampling
dalam penelitian ini bersifat purposive, dengan mengutamakan pengumpulan data
secara langsung kepada informan melalui wawancara mendalam dan Focus Group
Discussion (FGD). Adanya teknik analisis data yang digunakan mengarah pada teknik
analisis data interaktif dari Miles dan Huberman, yang mana meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Lebih lanjut, terkait dengan validitas data
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi data (sumber).
Melalui analisis I and Me dalam konsep interaksionisme simbolik, pembentukan
identitas gender di PKK mengarah pada proses produksi dan penerimaan pesan oleh
pengurus dan anggota PKK. Untuk proses produksi pesan disampaikan melalui logika
desain pesan retorika oleh para pengurus PKK sebagai komunikator. Sedangkan untuk
proses penerimaan pesan, sejumlah informasi diterima dalam posisi negotiatic oleh para
anggota PKK sebagai komunikan. Selanjutnya, dalam kaitannya dengan pemberdayaan
perempuan, dinyatakan bahwa PKK cenderung menonjolkan adanya peran dan fungsi
sosial keperempuanan melalui sejumlah bentuk pemberdayaan yang diusung melalui
PKK. Namun demikian, mengingat posisi dan keberadaan PKK sebagai mitra
pemerintah yang juga muncul dan bekerja atas arahan dari pemerintah, maka adanya
bentuk pemberdayaan ini dinyatakan lebih mengarah pada pemberdayaan dari negara
dan belum pada pemberdayaan mandiri masyarakat seutuhnya
Kata kunci: PKK, pola komunikasi, identitas gender, pemberdayaan perempuan
ABSTRACT
Gender, a form of equality between men and women, basically become one of many
goals which is achieved by the PKK organization. As a feminine movement, PKK
carries an effort to fight the active role of women, especially in the sphere of family.
However, PKK in the other hand gave rise to form labeling as certain as the movement
organization for connecting power of state with a number of aspects in life, especially in
the middle to lower community or the grassroots. In the end, there is a social
construction of womanhood as an intermediate form of state hegemony towards
environmental sectors, which further reinforces the subordination of the role and social
function of women in society.
The formation of gender identity in the PKK basically regardless of communication
process. Using the descriptive case study on two PKK organization, the PKK of Kenep
Village and Jetis Village, this research attempts to analyze qualitatively how gender
identity and women's empowerment can be constructed through the communication
patterns of women in the PKK. Sampling technique in this research is doing
purposively, with emphazise on collecting data to the informant directly, through indepth
interviews and Focus Group Discussion (FGD). The existence of data analysis
techniques lead to interactive data analysis techniques from Miles and Huberman,
which includes data reduction, data presentation, and conclusion. Further, relating to
the validity of data in this research, researchers used data triangulation technique
(source).
Through analysis of I and Me in the concept of symbolic interactionism, formation
of gender identity in PKK turned to the production and reception of messages by the
boards and members of PKK. For the production process, messages conveyed through
the rethorical message design logic by the boards of PKK as a communicator. As for
the process of receiving messages, amount of information received in negotiatic
position by the members of PKK as a communicant. Furthermore, in relation to
women’s empowerment, stated that PKK tends to accentuate social roles and functions
of womanhood through some form of empowerment that carried by PKK. However,
given the position and existence of PKK as a government partner that also appeared
and worked under the direction of government, it means the form of empowerment is
more expressed as state empowerment and do not yet for the whole of selfempowerment
of society.
Keywords: PKK, communication patterns, gender identity, women's empowerment