Abstrak
Ponorogo kini perlahan mulai kehilangan tradisi ngopi akibat modernisasi. Tradisi ngopi yang dijalankan turun temurun kini karena tergelincir oleh jaman mulai berubah hingga perilaku yang ada dalam tradisi tersebut juga ikut berubah. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku peminum kopi yang ada di Kota Ponorogo menggunakan kacamata BF. Skinner mengenai teori behaviorisme dan didukung oleh pemikiran milik Jean Baudrillard tentang masyarakat konsumsi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus jamak yang dilakukan di tiga objek tempat penelitian yaitu Combie Coffee, Reog Coffee, dan Felice Coffee. Teknik pengumpulan data menggunakan sumber data observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dipilih berdasarkan klasifikasi jenis kelamin dan aktor pelaku utama pada masing-masing coffeshop. Pada teknik validitas data menggunakan triangulasi sumber dengan memilih masyarakat umum dan pejabat instansi. Penelitian ini menggunakan analisis domain milik Spradley.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dalam periode 1980-an perilaku minum kopi ditandai dengan tradisi menraktir para peminum kopi yang ada disana tanpa tendensi mendominasi kelompok,serta terdapat keunikan lain dimana pada era tersebut perilaku minum kopi ditandai dengan melakukan aktivitas minum kopi di warung abangan, wayangan, ayu yang menyediakan jasa pramuria. Pada periode 2000-an masih mempertahankan interaksi dengan menraktir yang menjadi pembeda adalah inovasi tempat ngopi yakni hadirnya angkringan. Kemudian pada periode 2015 muncul coffeshop sebagai titik awal perubahan perilaku peminum kopi yaitu dengan beralihnya aktivitas ngopi para peminum kopi ke coffeshop. Fasilitas serta kemewahan atas tata ruang serta konsep yang lebih modern. Kesetaraan gender akibat arus modernisasi dan prestige saat berada di coffeshop. Eksistensi diri melalui selfie dan cara interaksi diri dengan peminum kopi melalui media sosial yang saat ini sedang menjadi trend kaum muda secara global. Ada yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku dilihat dari faktor eksternal dan internal. Pada faktor eksternal seperti, kehadiran coffeshop, lingkungan pertemanan, masyarakat yang semakin konsumtif, fasilitas coffeshop. Faktor internal seperti kejenuhan, aktualisasi diri, prestige. Dari hal tersebut timbul dampak dampak positif dan negative dimana dalam dampak positif menambah pemasukan coffeshop dan pemerintah daerah, wawasan luas. Pada dampak negatif, kaum muda menjadi masyarakat konsumtif, individualistik dan pengaruh terhadap kesehatan fisik. Pada perilaku sahat yang dijalankan peminum kopi adalah mengkonsumsi air putih dan rutin berolahraga, cara pembuatan kopi,daur ulang kopi, dosis, managemen waktu mengkonsumsi kopi.
Kata Kunci: Coffeshop, Perubahan Perilaku, Dampak Perilaku Konsumtif
Abstract
Nowdays, Ponorogo slowly starts to lose the tradition because of modernization. Coffee tradition, which is carried on from generation to generation,changed because age began to change to the existing behavior in that tradition. This study aims to determine the changes in the behavior of coffee drinkers in the Ponorogo using BF glasses. Skinner's behaviorism theory and it is supported by Jean Baudrillard thought about the people’s consumption. This qualitative study uses a pluralcase study approach and it is conducted in three places. Those are Combie Coffee, Reog Coffee, and Felice Coffee. The data collection of this study comes from observation, interviews and documentation. The informants were selected based on qualifications gender and main actors each object coffeshop research as wel as visitor. While the validity of the data usessources triangulation techniques by selecting the public and officials agency. The research usessources with domain analysis Spradley.
The results shows that In the 1980s, coffee drinkers’ behavior is characterized with tradition of treating a coffee without a tendency to show their social class. Besides, there is another unique thing on that era where the behavior of coffee drinker that is characterized by the activity of drinking a coffee in abangan coffeeshop, wayangan, ayu that provide prostitutes services. In 2000s, they still keep the interaction and solidarity to treat a glass of coffee though with different coffee drinkers’ community. The difference is the presence of coffee shop innovation called angkringan. And than in 2015 there is coffee shop as a starting point the coffee drinker's behavior that changes the activity of coffee drinkers to coffee shop. The facilities and themodern luxuries concept. The equality of gender equality because of modernization and prestige while in coffee shop. Self-existence through selfie and interaction with other coffee drinkers using social media are currently a trend of young people. There are factor in change behavior such as external factors like coffeshop, consumptive environmental friendship society, coffee shop facilities. In Internal factors such as saturation, self-actualization, and prestige. The positive and negative impacts where the positive effects, it can increase the income of the coffee shop and local government, broadmindednes. The negative impactis young people became consumptive, individualist, and turn off healty. The health behavior of coffee drinkers are consuming water and doing exercise regularly,how to make coffee,dosage,management time consuming coffee, recycled coffee.
Key words: Coffee shop, the change of impact consumptive behavior