×
ABSTRAK
Setiap wanita menginginkan kebahagiaan dalam hidup perkawinan, tidak terkecuali wanita yang hidup dalam pernikahan poligami.Wanita-wanita yang hidup dalam pernikahan poligami mempunyaipeluanguntuk mengalami konflik keluarga dan cenderung merasa tidak bahagia serta tidak puas karena perhatian serta kasih sayang dari suami harus dibagi bersama isteri lain. Kebahagiaan dan kepuasan hidup mengacu pada pengalaman subyektif yang mengarah pada penilaian terhadap hidup yang dijalani dan selanjutnya kesejahteraan menyangkut kebahagiaan dan kepuasan hidup ini disebut subjective well-being atau kesejahteraan subyektif. Wanita-wanita Jawa maupun wanita-wanita yang hidup di lingkungan berbudaya Jawa memiliki pemahaman mengenai ajaran-ajaran tentang wanita serta sikap hidup narima, rila dan sabar yang turun temurun diwariskan sehingga membentuk pribadi wanita yang menerima apapun kondisi yang dialami saat ini sebagai jalan hidup. Tujuan penelitian ini adalah melihat dinamika pencapaian subjective well-being pada wanita Jawa yang dipoligami.
Subyek penelitian ini adalah wanita Jawa yang menikah dalam pernikahan poligami dengan kedudukan sebagai isteri pertama, yaitu wanita yang dinikahi terlebih dahulu sebelum suami menikahi kembali wanita lain. Desain penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi dengan metode pengumpulan data berupa pedoman wawancara subyek dan observasi. Jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari jenjang usia yang berbeda-beda, mulai dari yang muda, tengah baya dan usia tua.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tiap-tiap subyek menerapkan sikap hidup orang Jawa yaitu narima, rila, dan sabar yang berarti menerima kondisi saat ini sebagai jalan Tuhan (narima), usaha-usaha sudah dilakukan oleh ketiga subyek untuk mencegah suami menikah lagi namun gagal, maka ketiga subyek memilih untuk menerapkan sikap rela jika suami membagi cinta dengan wanita lain (rila), dan sabar ketika menerima suami yang berubah sikap setelah mempunyai isteri lain. Ketiga sikap ini mempengaruhi ketiga subyek dalam mengevaluasi kepuasan hidupnya dalam ranah afektif maupun kognitif untuk dapat mendapatkan ketentraman dalam hidup. Penemuan menarik dalam penelitian ini terkait dengan evaluasi kepuasan hidup adalah kepuasan hidup dalam ranah relasional yang muncul pada subyek I dan subyek II karena adanya pengaruh budaya Jawa kolektivis yaitu relasi yang baik dengan orang-orang sekitar dan keluarga baru karena adanya pernikahan suami dengan wanita lain merupakan bentuk kepuasan hidup, sedangkan subyek III mencapai kepuasan hidup dengan mengevaluasi kehidupannya dalam ranah afektif dan kognitif saja.
Kata kunci :subjective well-being, pernikahan poligami, wanita, budaya Jawa
ABSTRACT
Every women want to be happy in their marriage, Polygamy marriage which nowadays is become a trending topic in the society reputed as a marriage that give no benefit to women. Women who live in polygamy marriage disposed to be unhappy and unsatisfied because their husband’s affection should be devided with the other wifes. Happiness and life satisfaction refer to the subjective-experience which have a point in the living life assessment. Moreover, the wellness which is related with happiness and life satisfaction known as subjective well-being. The Javanese women and also other women who lives in Javanese culture have an understanding about women’s norms and also attitude that known as narima, rila and sabarwhich are a heredity from their parents. This heredity form women’s personality that accept every condition that happen in their lives as their destiny. This research has a purpose to look at the dynamic accomplishment of subjective well-being on polygamous Javanese women.
The subject of this research is a Javanese women who live in polygamy marriage. That women in the position of the first wife who are married before their husbands become married again. This research is phenomenology with the measurement in a form of subject’s interview and observation. Each subject consist of women from different age. The researcher had a personal interview three times for each subject and personal meeting that is done in order to adding the information about subject’s life by the observation.
From the analysis there is a result that each subject apply Javanese attitude, narima, rilaand sabarwhen they facing a condition where they live in the polygamy marriage. The attitude of narima, rila and sabarreputed as a right attitude to live the life given by God to achieve a peaceful in life. Peaceful that reached by the subject have an effect to evaluate life satisfaction in cognitive and affective domain. In the other hand, there is a new invention related with the life satisfaction which is said that the life satisfaction can be achieve by the good relation with the society around the 1st and 2nd subject. While, the 3rd subject achieve the life satisfaction just by evaluating the cognitive and affective domain.
Keyword : subjective well-being, marriage, polygamy, women, Javanese culture