ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui awal terbentuknyaPaguyuban Sumarah dan sejarah perkembangan Paguyuban Sumarah diSurakarta, sistem organisasi dan prinsip ajaran Paguyuban Sumarah diSurakarta, serta dinamika kehidupan paguyuban sumarah di Surakarta tahun1970-1998.Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu heuristik, kritiksumber (kritik intern dan kritik ekstern), interpretasi dan historiografi. Sumberpenelitian dikumpulkan melalui dokumen dan arsip. Sumber primer yangdigunakan antara lain adalah AD/ ART Paguyuban Sumarah, foto-foto,bulletin, dan keputusan hasil kongres paguyuban. Adapun sumber sekunderyang digunakan antara lain buku-buku referensi, serta penelitian terdahuluyang berkaitan dengan tema yang diambil.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial, budaya, daniklim politik pemerintahan (pro-kontra) berpengaruh pada eksistensiorganisasi maupun aliran kebatinan yang ada di Indonesia yang tercerminpada Paguyuban Sumarah. Sejalan dengan adanya dukungan Orde Barudengan dilegalkannya status penghayat kepercayaan, Paguyuban SumarahSurakarta tidak hanya dapat menarik minat warga lokal untuk bergabung,namun juga WNA yang ingin mempelajari Sumarah. Di Paguyuban SumarahSurakarta, yang menjadi center utama adalah peran Pamong dalam membinaiklim persujudan dan memberikan wejangan budi luhur untuk anggotanya.Paguyuban ini tidak membatasi adanya perbedaan ras/ suku/ maupun agamauntuk bersama-sama mendekatkan diri kepada Tuhan YME dengan cara sujudSumarah.Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini ialah, lahir danberkembangnya Paguyuban Sumarah seperti halnya aliran-aliran kebatinanlainnya yang timbul akibat kondisi politik, sosial, dan budaya pada masaperjuangan serta tekanan akibat penjajahan. Paguyuban Sumarah lahir diYogyakarta dengan adanya Tuntunan Sumarah yang diterima oleh R. Ng.Soekinohartono pada tanggal 8 September 1935 dan masih berbentukPanguden. Panguden Sumarah pada mulanya disebarkan melalui basispemerintahan waktu itu yakni Keraton di Yogyakarta dan Keraton diSurakarta. Meskipun lahir di Yogyakarta, namun sejarah awal terbentuknyaPaguyuban Sumarah dan perkembangan secara organisasi terjadi di Surakartadengan disusunnya Sesanggeman sebagai pedoman bagi anggota Sumarah dandiselenggarakannya Kongres pertama Paguyuban Sumarah di Surakarta.Paguyuban Sumarah Surakarta secara organisasi berada di tingkat DaerahTingkat II dan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II yangkegiatannya ditentukan dalam AD/ ART Paguyuban dan dilaksanakan melaluiRakernas Paguyuban Sumarah. Prinsip ajaran Paguyuban Sumarahmenekankan pada kepasrahan (Sumarah) terhadap kehendak Tuhan denganmenerapkan perilaku yang sesuai dengan Sesanggeman dan melakukan sujudSumarah sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME.Paguyuban Sumarah Surakarta mengalami pasang surut dalam segi kuantitaspenghayat, pada awal penyebaran di Surakarta dengan adanya peran Soetadisebagai pamong mampu menyebarkan pengaruh Sumarah di wilayah ekskaresidenanSurakarta. Puncaknya saat memasuki tahun 1970-an dengankepamongan Suwondo mampu meluaskan jangkauan Sumarah tidak hanya diSurakarta namun hingga ke luar negeri dan memberikan sumbangan moral danpenghayatan dengan rutinitas jadwal persujudan yang rutin hampir setiap hariserta bertambahnya anggota yang signifikan.Memasuki tahun 1985 hinggatahun 1998 dengan berakhirnya Orde Baru, di Paguyuban Sumarah Surakartamengalami stagnansi keanggotaan yang bergabung dan merupakan anggotalama yang kebanyakan bergabung dari tahun 1970 hingga 1984.