×
ABSTRAK
Bauksit adalah bahan baku utama dalam proses pengolahan aluminium oksida
(Al2O3), sedangkan aluminium oksida adalah bahan baku utama dalam industri peleburan
aluminium. Masih terdapat mata rantai terputus dalam industri bauksit-alumunium di
Indonesia, yaitu belum adanya industri aluminium oksida. Terbitnya UU No. 4 tahun
2009 dan Peraturan Menteri ESDM tentang nilai tambah mineral, akan meningkatkan
daya saing aluminium oksida dan aluminium Indonesia di dunia sehingga dirancanglah
pabrik aluminium oksida kapasitas 1.000.000 ton/tahun dengan kemurnian aluminium
oksida sebesar 99,6%. Bahan baku untuk pembuatan Al2O3 berupa bauksit 402.538,79
kg/jam dan NaOH 5.157,63 kg/jam yang menghasilkan 126.262,63 kg/jam Al2O3,
sehingga kebutuhan spesifik bauksit sebesar 3,19 kg/kg aluminium oksida dan NaOH
sebesar 0,04 kg/kg aluminium oksida. Pabrik aluminium oksida direncanakan berdiri di
Sanggau, Kalimantan Barat pada tahun 2016 dengan pertimbangan dekat dengan lokasi
bahan baku dan beroperasi pada tahun 2018. Pada tahun 2018, harga bauksit
diproyeksikan senilai US$ 0,029/kg, sedangkan NaOH 48% berharga US$ 5,125/kg.
Harga produk Al2O3 senilai US$ 0,567/kg.
Proses Bayer masih menjadi andalan di dunia untuk pemrosesan bauksit menjadi
aluminium oksida. Proses Bayer dibagi dalam lima tahap. Tahap pertama adalah
pengecilan ukuran bauksit. Kemudian tahap digestion, di mana bauksit dan NaOH
diumpankan ke dalam digester yang berbentuk Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(RATB) yang dilengkapi koil pemanas pada temperatur 143°C dan tekanan 4 bar untuk
menghasilkan NaAlO2. Konversi Al2O3.3H2O menjadi NaAlO2 sebesar 90%. Tahap
selanjutnya adalah residu padatan dipisahkan dari larutan hasil reaksi. Tahap ketiga
merupakan tahap presipitasi untuk memisahkan Al2O3.3H2O dari larutan NaAlO2 dengan
menambahkan kristal Al2O3.3H2O untuk menginisiasi presipitasi. Reaksi berlangsung
pada suhu 80°C dan tekanan 1 bar dalam Crystallizer Tangki Berpengaduk. Konversi
NaAlO2 sebesar 100%. Selanjutnya pada tahap kalsinasi, Al2O3.3H2O dikalsinasi di
Rotary Kiln pada suhu 79,25-970°C dan tekanan 1 bar untuk menghilangkan free
moisture dan chemically-connected water, yang menghasilkan padatan Al2O3. Konversi
Al2O3.3H2O menjadi Al2O3 sebesar 100%.
Unit pendukung proses meliputi unit pengadaan air (air pendingin, umpan boiler,
air proses, konsumsi umum dan sanitasi) yang bersumber dari Sungai Kapuas sebesar
7,04 kg/kg produk, unit pengadaan steam sebesar 8,16 kg/kg produk, unit pengadaan
udara tekan sebesar 0,0016 m3/kg produk, unit pengadaan listrik sebesar 0,16 kW/kg
produk yang disuplai dari PLN dan generator cadangan, serta unit pengadaan bahan bakar
dari gas alam sebesar 0,29 kg/kg produk. Unit pengolahan limbah tersedia untuk
pengolahan limbah pabrik baik berupa padat, cairan dan gas.
Bentuk perusahaan yang dipilih adalah Perseroan Terbatas (PT). Jumlah
karyawan keseluruhan adalah 356 orang, yang terdiri dari karyawan shift berjumlah 288
orang dan karyawan non-shift 68 orang.
Hasil analisis ekonomi menunjukkan Return of Investment (ROI) sebesar 25,18%
sebelum pajak dan 18,89% sesudah pajak. Pay Out Time (POT) didapatkan sebesar 2,9
tahun sebelum pajak dan 3,6 tahun sesudah pajak. Break Even Point (BEP) sebesar
41,25%, Shut Down Point (SDP) sebesar 11,38%, dan Discounted Cash Flow (DCF)
sebesar 25,53%. Dari hasil analisis ekonomi, dapat disimpulkan bahwa pabrik aluminium
oksida layak dipertimbangkan untuk realisasi pembangunannya.