×
Pemanasan global menjadi salah satu ancaman terbesar bumi akhir-akhir
ini. Pemanasan global dipicu oleh menipisnya lapisan ozon maupun adanya gas-gas
efek rumah kaca di atmosfer. Di Indonesia, penggunaan refrigeran halokarbon yang
memicu pemanasan global masih banyak ditemukan, khususnya pada sistem AC
kendaraan yang menggunakan R-134a. Hydrofluorocarbon (HFC) R-134a
mempunyai nilai GWP yang besar (1300, CO
2
=1) sehingga berdampak besar
terhadap pemanasan global. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian alternatif
refrigeran halokarbon dengan menggunakan refrigeran hidrokarbon (HC) yang
mempunyai GWP kecil (3, CO
2
=1).
Pengujian eksperimental performa sistem refrigerasi dengan menggunakan
hidrokarbon HC R-134 dan halokarbon HFC R-134a telah dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari hubungan kapasitas refrigerasi dengan efek refrigerasi
(RE), koefisien prestasi refrigerasi (COP) dan faktor energi (EF) serta
membandingkannya antara HC dan HFC pada temperatur yang sama. Jumlah massa
refrigeran yang dimasukkan ke sistem adalah 375g untuk HFC dan 210g untuk HC.
Penelitian dilaksanakan dengan variasi 4 tipe pelepasan kalor dan 4 tingkat
penyerapan kalor, sehingga terdapat 16 kombinasi untuk satu pengujian refrigeran.
Setiap kombinasi diukur 19 data yang secara umum terdiri dari temperatur, tekanan,
kecepatan aliran udara, kuat arus litrik dan tegangan listrik. Kemudian dicari tiga
parameter utama performa sistem refrigerasi, yaitu RE, COP dan EF. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa RE, COP dan EF akan semakin meningkat seiring
dengan peningkatan kapasitas refrigerasi, baik untuk HC maupun HFC. RE HC
mempunyai nilai hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada HFC. Nilai COP HC
lebih tinggi 36,42% dari HFC. Sedangkan nilai EF HC lebih tinggi 3,78% dari HFC.