×
Sampah polistirena atau yang lebih dikenal dengan nama sterofom merupakan salah satu dari 4 sampah plastik yang sukar terurai. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sampah polistirena tidak dapat terurai, sehingga perlu ada upaya untuk mengurangi sampah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah tersebut adalah dengan memanfaatkannya menjadi produk bernilai ekonomi. Sampah polistirena dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lem untuk pipa PVC. Pengolahan sampah polistirena agar menjadi lem pipa dilakukan dengan cara mencampurkan sampah polistirena dengan toluena. Lem pipa ini perlu dianalisa mengenai perbandingan polistirena dengan toluene dan aditif yang ditambahkan untuk memperoleh lem dengan kemampuan rekat optimal Pada laporan ini dibahas mengenai perbandingan polistirena dengan toluena yang optimal, pengaruh aseton sebagai aditif, serta perbedaan daya rekat lem pipa yang dibuat dari plastik polistirena dan sterofom. Lem pipa PVC optimal adalah lem yang mempunyai daya rekat paling kuat. Daya rekat pada lem tersebut diuji dengan uji kuat tarik. Perbandingan optimal polistirena dengan toluena dicari dengan mencampurkan kedua bahan pada berbagai konsentrasi kemudian menguji daya rekat campuran tersebut pada pipa PVC. Pengaruh aseton terhadap daya rekat lem pipa dianalisa dengan cara menambahkan aseton kedalam campuran polistirena dan toluena kemudian diuji daya rekatnya pada pipa PVC. Perbedaan daya rekat lem dengan bahan baku plastik polistirena dan sterofom diamati dengan membuat 2 lem dengan bahan baku berbeda, yaitu sampah plastik polistirena dan sterofom dengan konsentrasi yang sama. Kemudian menambahkan aseton dengan konsentrasi yang sama dan menguji daya rekat lem tersebut. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimbulan bahwa sampah polistirena dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lem pipa PVC. Lem pipa PVC paling optimal dihasilkan dari sampah polistirena jenis sterofom dengan komposisi 39% toluena, 45% sterofom, dan 17% aseton