Latar Belakang: Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensistunting di Indonesia mencapai 37,2%. Sedangkan prevalensi stunting di Provinsi JawaTengah 36,2% dan 28% di Kabupaten Boyolali. Stunting menyebabkan perkembanganyang buruk pada usia balita, terganggunya fungsi kognitif, metabolisme dan penurunanaktifitas. Rendahnya inisiasi menyusu dini (IMD) dan air susu ibu (ASI) eksklusifberpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis hubungan IMD dan ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia6-24 bulan di Kabupaten Boyolali.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan desaincross-sectional. Subjek penelitian ditentukan dengan purposive sampling. Subjek terdiridari 33 anak stunting dan 67 anak tidak stunting yang berusia 6-24 bulan di limaPuskesmas di wilayah Kabupaten Boyolali. Pengumpulan data subjek dilakukan denganwawancara langsung dan pengukuran antropometri. Uji statistik chi-square dan regresilogistik berganda digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel.Hasil: Sebanyak 22,2% dan 9,5% anak usia 6-24 bulan yang mengalami IMD danmendapatkan ASI eksklusif mengalami stunting. Pelaksanaan IMD dan pemberian ASIeksklusif berhubungan bermakna secara statistik (p=0,006) dan (p=0,000) dengankejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Anak yang tidak mengalami IMD dantidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 3,69 dan 9,5 kali secara berturut-turutmengalami stunting.Simpulan: Pemberian IMD dan ASI eksklusif menurunkan risiko kejadian stuntingpada anak usia 6-24 bulan. Pemberian ASI eksklusif lebih berpengaruh terhadappenurunan kejadian stunting pada anak usia tersebut. Persamaan persepsi antara ibuhamil dengan petugas kesehatan mengenai palaksanaan IMD dan pemberian ASIeksklusif perlu dilakukan. Kedua program tersebut perlu dimasukkan ke dalam program1000 hari pertama kehidupan (HPK).Kata Kunci: anak usia 6-24 bulaninisiasi menyusu dini, ASI eksklusif, stunting